kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45899,82   -6,48   -0.71%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham emiten teknologi melambung, begini rekomendasi analis


Selasa, 08 Juni 2021 / 07:30 WIB
Saham emiten teknologi melambung, begini rekomendasi analis


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks yang berisi saham-saham teknologi atau IDX Sector Technology mencetak kenaikan hingga 57,20% secara month to date (mtd).

Performa indeks teknologi ini utamanya didorong oleh PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang sudah melesat hingga 107,27% mtd. Kemudian, disusul PT Hensel Davest Indonesia Tbk (HDIT) yang tumbuh 70,59% mtd.

Selanjutnya, PT Indoninternet Tbk (EDGE) yang mencatatkan kenaikan 50,22% mtd, PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) naik 33,57% mtd, dan PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) juga tumbuh 20,98%.

Analis Panin Sekuritas, William Hartanto menyebutkan kenaikan saham-saham teknologi disebabkan pasar yang menyambut era digital. "Khusus DCII karena juga ditambah dengan sentimen pembelian oleh Anthony Salim," ujar William kepada kontan.co.id, Senin (7/6).

Baca Juga: Laba bersih emiten yang sahamnya dibeli Anthoni Salim ini naik 55%

Kendati begitu, berdasarkan keterbukaan informasi DCII, manajemen mengaku tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan pemodal. Manajemen juga menegaskan dalam waktu dekat tidak memiliki rencana untuk melakukan tindakan korporasi.

Analis Phillip Sekuritas Indonesia, Dustin Dana Pramitha menambahkan untuk HDIT memang belum jelas sentimen apa yang mendorong kenaikan sahamnya. Sebabnya, dari manajemen sendiri juga telah mengakui tidak mengetahui informasi material yang mempengaruhi pergerakan harga sahamnya. 

Oleh sebab itu, dia menilai kenaikan saham HDIT lebih ke faktor lain di luar fakta material yang dapat dipertanggungjawabkan. "Namun yang saya lihat HDIT saat ini masih memiliki fokus mengembangkan DavestPay, sebuah aplikasi e-commerce yang menghubungkan masyarakat yang belum tersentuh fasilitas perbankan dengan pelaku usaha UMKM. DavestPay memiliki fitur transaksi di antaranya pembayaran, tagihan, pembelian konten digital, pemesanan transportasi dan multifinance," kata Dustin.

Baca Juga: Ini sejumlah faktor yang akan mempengaruhi perusahaan dalam melakukan IPO

Secara umum, perkembangan transaksi digital dan e-commerce yang terus meningkat membuat saham-saham berbasis teknologi mendapatkan sentimen positif akan adanya kenaikan kinerja keuangan sepanjang pandemi Covid-19. Seperti yang diketahui di masa pandemi ini masyarakat dibatasi aktivitasnya ditambah lagi era digital yang terus berkembang membuat masyarakat lebih memilih layanan digital untuk bertransaksi.

William melanjutkan bahwa menilik pada kinerja perusahaan-perusahaan teknologi, kenaikan harga saham yang terjadi dinilai terlalu mahal. "Price to earning ratio (PER) sudah sampai ratusan kali dan di luar itu saham yang secara teknikal hanya menguat terus dan tanpa koreksi itu memiliki risiko yang tinggi," kata dia.

Karenanya, William menilai saham-saham teknologi yang menarik untuk diamati yakni PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) dan PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI). Sebabnya, kedua emiten tersebut saat ini dalam kategori tertinggal sehingga bisa menjadi pilihan.

William merekomendasikan beli MTDL dengan target harga Rp 1.800 per saham-Rp 2.000 per saham dan WIFI pada level harga Rp 1.300 per saham-Rp 1.500 per saham.

Baca Juga: Sektor teknologi melonjak 13% meski IHSG turun, ini saham-saham dengan gain terbesar

Sementara Dustin menilai bahwa secara teknikal banyak emiten teknologi yang tidak memiliki volume perdagangan yang cukup likuid. Sehingga, cukup sulit untuk mencari saham yang baik untuk jadi pilihan trading.

Hanya saja, dia melihat MLPT dapat diperhatikan karena secara teknikal emiten jaringan Lippo Group tersebut masih tertahan di atas EMA 24 dan sempat menyentuh EMA 90. Namun harga berbalik menguat dan mencoba menyentuh level resistance di level 2.090.

Di sisi lain, dari kinerja keuangan emiten juga baik di tahun 2020 dengan mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 9,37% yoy dan laba bersih yang meningkat sebesar 25,68% yoy. Karenanya, MLPT bisa dijadikan pilihan trading jangka pendek.

Dustin merekomendasikan investor bisa menggunakan strategi buy on weakness di level Rp 2.090 untuk target harga pertama MLPT. "Namun kalau Rp 2.090 bisa dicapai mungkin target harga selanjutnya ada di level Rp 2.590," tutupnya.

Baca Juga: Jadi perusahaan supply chain, Zebra Nusantara (ZBRA) akan ditopang DNR Corporation

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×