Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan dikabarkan akan meraup dana jumbo melalui penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). Perusahaan tersebut datang dari beragam sektor, mulai dari perbankan, tambang emas, hingga sektor teknologi.
Misalnya GoTo, perusahaan hasil merger Gojek dan Tokopedia. Unicorn terbesar di tanah air ini konon mampu mengumpulkan dana segar lebih dari Rp 10 triliun dari hasil IPO.
Adapula PT Archi Indonesia yang berpotensi meraup dana segar sekitar Rp 3,97 triliun dari hajatan IPO.
Produsen susu dan olahan susu, PT Cisarua Mountain Dairy atau Cimory Group, juga dikabarkan menyiapkan rencana penawaran saham dengan membidik dana segar US$ 300 juta atau setara Rp 4,2 triliun.
Baca Juga: Rencana IPO jumbo mulai berembus di pasar modal tanah air
Meski demikian, ada pula sejumlah perusahaan dengan target emisi IPO yang cukup mini. Salah satunya adalah PT Ladangbaja Murni, yang hanya meraup Rp 25 miliar dari aksi korporasi ini. Sebanyak 50% dana hasil IPO akan digunakan untuk modal kerja, sisanya untuk belanja mesin produksi dan perluasan divisi moulding.
Equity Research Coordinator Erdikha Elit Sekuritas Hendri Widiantoro membeberkan, terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi suatu perusahaan untuk melakukan IPO, salah satunya adalah adanya ekspektasi pemulihan ekonomi di tahun 2021.
Hal ini membuat perusahaan semakin jor-joran dalam melakukan ekspansi bisnisnya di tahun ini, setelah tahun lalu banyak perusahaan yang terhambat untuk melakukan ekspansi bisnis dikarenakan adanya pandemi.
Daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi di tahun 2021 juga diperkirakan akan bertumbuh, terlihat dari data-data seperti indeks harga konsumen (IHK) dan data purchasing managers’ index (PMI) manufaktur yang sudah bergerak ekspansif.
Selain itu, kebijakan dan kelonggaran yang diberikan oleh pemerintah cenderung lebih mendukung perusahaan melakukan ekspansi bisnis di tahun 2021.
“Oleh karena itu, momentum ini nampaknya akan dijadikan peluang oleh perusahaan untuk melakukan ekspansi bisnisnya,” terang Hendri saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (7/6).
Baca Juga: Ini rencana bisnis Bank Multiarta Sentosa pasca IPO
Hendri menyebut, pertumbuhan investor setiap tahunnya cenderung naik, terlebih sejak pandemi Covid-19 dimana jumlah investor naik cukup signifikan karena efek dari kampanye-kampanye investasi yang dilakukan, salah satunya di sosial media.
Hal ini membuat masyarakat juga mulai sadar akan pentingnya investasi, sehingga mendorong beberapa perusahaan juga tertarik untuk meng-IPO-kan perusahaannya. Selain karena faktor kebutuhan tambahan modal, perusahaan juga melihat antusiasme dari para investor.
Sehingga, perusahaan juga melihat hal ini menjadi kesempatan yang baik untuk masuk ke pasar modal.
Selanjutnya: Prospek saham pertambangan emas masih cerah, ini rekomendasi ANTM dan MDKA
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News