Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Meski begitu, Wawan memberikan catatan bahwa bisnis rokok tetap dihadang oleh sejumlah tantangan. Terutama dari sisi kampanye kesehatan, kian menyempitnya ruang iklan, serta kenaikan cukai yang bisa menggerus margin keuntungan.
"Memang di tahun ini kemungkinan sudah ada peningkatan dari sisi pendapatan. Tapi secara umum, gerakannya dipandang lebih terbatas," ujar Wawan.
Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menambahkan bahwa emiten rokok masih menghadapi masalah penurunan laba bersih yang disebabkan biaya pendapatan dari sisi produksi ataupun distribusi. Di samping itu, kenaikan cukai rokok juga menjadi sentimen yang membuat pelaku pasar cenderung mengurangi kepemilikan pada emiten sigaret.
"Dari sisi valuasi dengan tren harga saham yang masih mengalami penurunan memang sudah tidak mahal, tetapi kita masih perlu menanti momentum yang tepat," kata Ivan.
Baca Juga: Menakar Dampak Kenaikan PPN Terhadap Emiten
Terlebih dengan perkiraan menurunnya dividen dari emiten rokok, investor juga akan melirik sektor lain yang emitennya memberikan dividen yield lebih tinggi. Dengan memperhatikan kondisi tersebut, Ivan pun menyarankan pelaku pasar untuk wait and see terlebih dulu, mengingat risiko penurunan harga masih ada.
Sedangkan Raditya menyoroti profil risiko dari masing-masing investor. Dalam memilih saham rokok, harus dipahami dulu tujuannya, apakah ingin menjadi investor yang berfokus pada dividen, atau trader yang mengejar capital gain.
Sebab, dengan kenaikan biaya cukai dan kinerja emiten rokok yang masih tertekan, Raditya juga memproyeksikan penurunan dividen dari emiten rokok. Secara teknikal, saham-saham emiten rokok juga masih berada pada bearish trend.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham HMSP di Tengah Sentimen Cukai Rokok Berikut Ini