kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham Blue Chip Memerah, Cek Rekomendasi yang Layak Koleksi Menjelang Akhir 2022


Senin, 21 November 2022 / 20:13 WIB
Saham Blue Chip Memerah, Cek Rekomendasi yang Layak Koleksi Menjelang Akhir 2022
Saham Blue Chip Memerah, Cek Rekomendasi yang Layak Koleksi Menjelang Akhir 2022


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sejumlah saham blue chip di jajaran indeks LQ45 memerah dalam sebulan terakhir. Pada bulan November ini, 10 saham LQ45 bertengger di urutan penghuni saham penekan indeks dengan pergerakan harga yang cenderung negatif (laggard).

Di antara saham laggard bulan ini ada saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Astra International Tbk (ASII), PT United Tractors Tbk (UNTR), dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).

Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro membeberkan, setidaknya ada tiga faktor yang membuat sejumlah saham blue chip memerah. Pertama, momentum sektoral. Terutama ditunjukkan oleh merosotnya harga acuan batubara global dalam sebulan terakhir.

Kondisi ini tampak telah berdampak pada emiten batubara berkapitalisasi pasar jumbo seperti ADRO dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Tak hanya bagi produsen batubara, emiten yang terkait dengan pertambangan pun ikut terimbas.

Baca Juga: IHSG Melemah 0,27% Pada Senin (21/11), ITMG, TECH, MDKA Paling Banyak Net Buy Asing

Misalnya saja pada UNTR yang dalam sebulan terakhir harga sahamnya tergerus 11,04%. Penurunan saham-saham tersebut tak lepas dari harga batubara global yang anjlok sekitar 12% dalam sebulan.

"Secara historikal, gerak saham emiten batubara memang berkorelasi dengan gerak harga acuan batubara global," ujar Nico saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (21/11).

Kedua, penurunan harga saham blue chip sebagai respons pasar terhadap kinerja per kuartal III-2022. Nico mencontohkan pada kinerja keuangan dan saham TLKM. "Penurunan (harga saham) dalam sebulan ini bisa dibilang karena pasar merespons kurang baik pada kinerja keuangannya," imbuh Nico.

Sebagai informasi, pendapatan TLKM per kuartal III-2022 hanya tumbuh tipis 2,67% secara tahunan (YoY). Sedangkan laba bersih TLKM anjlok 12,14% menjadi Rp 16,58 triliun.

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Selasa (22/11)

Adapun, terpangkasnya laba bersih TLKM disebabkan kerugian yang belum direalisasi (unrealized loss) dari perubahan nilai wajar atas investasi sebesar Rp 3,08 triliun.

Alasan ketiga memerahnya saham blue chip adalah faktor teknikal. Nico menyoroti pergerakan saham ASII dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) yang sedang memasuki fase downtrend meski dalam jangka pendek.

 

Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengamini, gerak landai emiten energi terutama batubara lantaran terpapar sentimen pelemahan harga komoditasnya. Sedangkan penurunan harga saham emiten lainnya masih terbilang wajar.

"Masih wajar di tengah pergerakan pasar yang cenderung koreksi dan masih tergolong landai. Secara kinerja per kuartal III pun mayoritas masih oke," sebut Ivan.

Secara indeks, Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat pergerakan LQ45 serupa dengan gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saat ini, pergerakannya masih tertahan oleh MA20 dan MA60, dengan tren yang masih tergolong sideways.

"Pergerakan saham emiten yang tergabung di LQ45 juga dipengaruhi oleh rotasi sektoral dan pergerakan harga komoditas dunia," kata Herditya.

Pada perdagangan hari ini, indeks LQ45 merosot 0,70% ke posisi 1.002,40. Menurut Herditya, jika indeks LQ45 mampu menembus area resistance, maka akan melaju ke level 1.030 - 1.040.

Rekomendasi Saham

Nico ikut menyoroti bahwa prospek saham blue chip masih seksi. Menurutnya, harga saham memang sudah ter-priced in sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar terhadap kinerja emiten per kuartal III.

Baca Juga: IHSG Berbalik Melemah ke 7.057,8 di Sesi Pertama, Sektor Teknologi Merosot

Sedangkan saat ini gerak saham akan terpengaruh oleh sentimen sektoral dan proyeksi investor terhadap kinerja di kuartal IV. Nico optimistis, saham-saham blue chip akan kembali bergairah pada akhir tahun menjelang musim window dressing.

"Secara historis, LQ45 selalu mencatat return positif pada bulan Desember. Jadi memang investor lebih menyasar berbagai saham di indeks ini," sebut Nico.

Lebih lanjut, Nico menyoroti saham-saham emiten batubara yang berpotensi kembali membara menjelang akhir tahun. Sejalan dengan momentum musim dingin yang biasanya akan mendongkrak permintaan dan harga batubara global.

Secara sektoral, saham sektor energi selalu melesat pada bulan Desember, setidaknya pada tiga tahun terakhir. Pada bulan Desember 2019 terjadi kenaikan 10,78%, 14,42% pada Desember 2020, dan 8,88% pada Desember 2021.

 

Nico pun merekomendasikan untuk mengoleksi saham ITMG, ADRO, dan PGAS. "Tentu dengan memperhatikan momentum gerak harga komoditas global. Ketika terjadi koreksi pada saham tersebut, bisa menerapkan buy on weakness," ujar Nico.

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham BBCA, BIRD, DEWA, ICBP untuk Hari Ini (21/11)

Memasuki akhir tahun, Ivan menyarankan untuk mencermati saham non-batubara di sektor perbankan, industri, dan infrastruktur. Rekomendasi Ivan, buy on weakness saham TLKM, BMRI, ASII, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Selanjutnya, bisa speculative buy saham terkait komoditas tambang dan energi seperti UNTR, ADRO, ITMG, dan PGAS. "Perlu dicermati pergerakan komoditas karena ada peluang rebound, tapi momentumnya masih ditunggu," kata Ivan.

Sedangkan Herditya menjagokan saham BBCA dengan target harga di Rp 9.000 - Rp 9.100, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan target harga Rp 4.700 - Rp 4.800, serta saham duo Indofood.

Untuk saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) target harga berada di level Rp 6.600 - Rp 6.800. Sementara untuk PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) target harganya di area Rp 9.900.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×