Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Investor asing gencar membeli saham blue chip sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Apakah, investor lokal perlu mengikuti langkah investor asing ke saham blue chip perbankan ini?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menembus level 7.000-an pada pekan lalu. Pada penutupan perdagangan Jumat (16/5), IHSG ditutup di level 7.106,53 naik 66,36 poin atau 0,94% dibandingkan sehari sebelumnya.
Dalam perdagangan sepekan yang lalu, IHSG terakumulasi meningkat 158,15 poin atau 2,28%. Kenaikan ini salah satunya disokong oleh masuknya asing ke saham perbankan.
Pada perdagangan Kamis 15 Mei 2025, investor asing gencar melakukan pembelian bersih sebesar Rp 1,68 triliun di seluruh pasar. Rinciannya, sebesar Rp 1,65 triliun di pasar reguler dan sebesar Rp33,92 miliar di pasar negosiasi dan tunai.
Saham blue chip perbankan masih menjadi incaran untuk diborong oleh investor asing. Saham blue chip adalah saham yang telah berpengalaman di pasar modal dan memiliki nilai kapitalisasi besar mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah.
Baca Juga: Harga Mobil Listrik Polytron Murah, Bisakah Mengalahkan BYD yang Terlaris 2025
Di BEI, saham blue chip biasanya menjadi anggota di indeks mayor seperti LQ45. LQ45 berisi 45 saham dengan nilai kapitalisasi pasar besar dan paling likuid dalam perdagangan.
Anggota LQ45 sektor bank yang belakangan diburu investor asing antara lain PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dengan net foreign buy Rp 912,82 miliar. Hal ini membuat sahamnya terbang 4,40% pada penutupan perdagangan Kamis (15/5) ke level Rp 4.270 per saham.
Selanjutnya ada PT Bank Mandiri (BMRI) yang juga masuk daftar saham yang paling banyak dibeli asing pada perdagangan hari ini. BMRI membukukan net buy asing sebesar Rp 494,87 miliar. Hal ini membuat sahamnya ikut naik 5,45% ke level Rp 5.325 per saham.
Kemudian saham PT Bank Negara Indonesia (BBNI) dengan total pembelian oleh investor asing Rp 96,61 miliar. Sahamnya pun ikut meningkat 2,97% ke level Rp 4.500. PT Bank Central Asia (BBCA) mencatatkan net buy asing Rp 80,93 miliar. Sahamnya terpantau stabil di level Rp 9.275 per saham.
Terakhir saham PT Bank Syariah Indonesia (BRIS) yang banyak dibeli asing dengan total net buy Rp 38,55 miliar. Sahamnya juga turut menguat 0,35% ke level Rp 2.900 pada penutupan perdagangan hari ini.
Achmad Yaki, Head of Online Trading BCA Sekuritas melihat, memang foreign inflow sangat membantu pergerakan IHSG karena net buy asing mayoritas di regular dan mengerek saham perbankan yang jadi mover IHSG.
"Broker memang cari untung sesaat karena harga sudah rendah valuasi perbankan big bank sudah termasuk murah karena lagging harga, fundamental bank juga bagus, proyeksi kinerjanya masih bisa tumbuh meski agak melandai proyeksinya," kata Yaki kepada kontan.co.id, Kamis (15/5).
Pelemahan rupiah, suku bunga yang masih belum turun dan pelemahan daya beli dan konsumsi disebut masih menjadi tantangan perbankan saat ini yang membuat penyaluran kredit jadi melambat dan DPK menurun karena tergerusnya tabungan untuk membantu konsumsi rumah tangga.
Memang jika dilihat sepanjang kuartal pertama tahun ini, hanya BBCA, BMRI, dan BBNI yang mencetak kenaikan laba bersih. Itu pun tumbuhnya hanya single digit.
Di periode ini BBCA tampil menjadi jawara dengan mencetak laba bersih Rp 14,1 triliun, tumbuh 9,8% secara tahunan. Capaian ini mengikuti pertumbuhan pendapatan bunga bersih dan pendapatan non bunga yang masih solid, masing-masing naik 7,1% dan 8,1% secara tahunan.
Tonton: Industri Nikel Indonesia Ditekan Global, APNI: Market Sudah Paham Kondisi Indonesia
Sementara Bank Mandiri mencetak kenaikan laba bersih 3,9% yoy menjadi Rp 12,1 triliun. Pendapatan bunganya juga terlihat tumbuh tipis di kisaran 5,4%.
Laba BBNI juga tumbuh tipis 1% yoy. Lemahnya pertumbuhan ini karena pendapatan non bunga mengalami kontraksi tipis 0,5% secara tahunan, dan biaya provisi yang saat ini belum menyusut.
Walau demikian, bank-bank tersebut tetap optimis pada kinerjanya di tahun ini kendati dihadapi kondisi global yang penuh ketidakpastian.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, para investor meningkatkan risk appetite dengan membeli saham berkualitas yang memiliki prospek high return investment di saat kondisi harga saham tengah oversold, sehingga mendorong pasar ekuitas global yang lebih tinggi.
"High return investment itu contohnya seperti emitan-emitan berbasis bank. Karena kinerja fundamental mereka itu solid. Perbankan di tanah air tentunya didorong oleh likuiditas yang kuat meski terjadi tightening global liquidity. Buktinya saja perbankan kita merupakan sektor yang sustain, yang kuat dalam menghadapi berbagai goncangan. Goncangan dari global uncertainty tentunya," jelas Nafan.
Apalagi kata Nafan, nanti likuiditas ini tentunya akan mendukung ekspansi kredit perbankan. Jadi ini tentunya menjadi peluang sekaligus tantangan.
"Kalau tantangan memang kinerja penyaluran kredit masih underwhelming, masih single digit. Ini yang menjadi headwinds. Tapi tailwinds-nya kalau suku bunga acuan dari Bank Indonesia diturunkan, kebijakan pelonggaran moneter dari Bank Indonesia tetapkan saya pikir the reduction of forecast effect bisa terbuka lebar," tambahnya.
Hal ini disebut Nafan bisa menstimulus ekspansi kredit. Likuiditas bisa memadai sehingga bisa terjadi ekspansi kredit.
Sementara Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila melihat asing banyak net buy masuk ke perbankan terutama ke bank-bank besar. Menurutnya, investor bisa melihat ini secara jangka panjang karena juga harga sedang murah dan saham-saham perbankan berfundamental baik dan ada potensi pulih dengan perekonomian yang berpotensi membaik.
"Kedepan ada peluang pertumbuhan profitabilitas dan kredit bank dengan outlook suku bunga acuan turun dan rasio perbankan bisa tumbuh. Di sisi lain, tantangan yang masih membayangi ada likuiditas yang makin ketat dan masih ada ketidakpastian ekonomi," terang Indy.
Indy melihat BBNI, BMRI, BBRI masih menarik dengan target masing-masing Rp 5.200, Rp 6.100 dan Rp 5.500. Adapun Yaki merekomendasikan, BBNI buy dengan target pasar Rp 6.075, BMRI buy Rp 7.250, BBRI hold dengan target pasar Rp 4.400, dan BBCA trading buy target Rp 9.700.
Baca Juga: Mobil Listrik BYD Makin Laris, Cek Harga Atto Dolphin M6 Seal Denza Sealion Mei 2025
Selanjutnya: 8 Minuman Pagi Terbaik untuk Penderita Diabetes, Bantu Mengontrol Gula Darah
Menarik Dibaca: 8 Minuman Pagi Terbaik untuk Penderita Diabetes, Bantu Mengontrol Gula Darah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News