kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.745.000   4.000   0,23%
  • USD/IDR 16.449   -44,00   -0,27%
  • IDX 6.197   -274,85   -4,25%
  • KOMPAS100 891   -38,43   -4,13%
  • LQ45 705   -23,86   -3,27%
  • ISSI 193   -9,27   -4,58%
  • IDX30 367   -12,46   -3,28%
  • IDXHIDIV20 441   -13,50   -2,97%
  • IDX80 102   -3,74   -3,53%
  • IDXV30 106   -3,16   -2,89%
  • IDXQ30 120   -3,86   -3,11%

Dua Saham Blue Chip Bank Ini Kembali Dibeli Asing, Investor Lokal Perlu Beli / Tahan?


Selasa, 18 Maret 2025 / 06:28 WIB
Dua Saham Blue Chip Bank Ini Kembali Dibeli Asing, Investor Lokal Perlu Beli / Tahan?
ILUSTRASI. Dua Saham Blue Chip Bank Ini Kembali Dibeli Asing, Investor Lokal Perlu Beli / Tahan?


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah melakukan aksi jual, investor asing kembali masuk ke saham blue chip sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Apakah investor lokal perlu mengikuti langkah investor asing untuk membeli saham blue chip tersebut?

Berdasarkan riset KONTAN, pembelian saham blue chip sektor perbankan oleh investor asing banyak dilakukan melalui UBS Sekuritas Indonesia.

Hal ini tercermin dalam transaksi saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) pada periode 1 Maret hingga 14 Maret 2025.

Secara rinci, net buy asing di UBS Sekuritas untuk saham BMRI tercatat senilai Rp 96,7 miliar. Namun, nilai net buy terbesar terjadi melalui Maybank Sekuritas, yang mencapai Rp 265,8 miliar.

Sebaliknya, pada Februari 2025, baik Maybank Sekuritas maupun UBS Sekuritas masih mencatatkan net sell.

Baca Juga: Dibuka Lagi, Klik Pintar.bi.go.id untuk Penukaran Uang Baru 2025, Cek Batas Maksimal

Maybank Sekuritas melepas saham senilai Rp 1,03 triliun, sementara UBS Sekuritas mencatat net sell sebesar Rp 569,1 miliar.

Hal serupa juga terjadi pada saham BBRI. UBS Sekuritas mencatat net buy sebesar Rp 106,7 miliar, meskipun nilainya masih kalah besar dibandingkan J.P. Morgan Sekuritas yang membukukan net buy hingga Rp 1,37 triliun.

Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, tren ini menunjukkan perubahan yang cukup signifikan.

Pada Februari 2025, J.P. Morgan Sekuritas mencatat net sell Rp 1,25 triliun, sedangkan UBS Sekuritas mencatat net sell Rp 552,8 miliar.

Tonton: Pemurnian Emas Terbesar di Dunia

Saham Perbankan Menguat, Didukung Aksi Net Buy

Kembalinya aksi beli investor asing turut mendorong kenaikan harga saham bank-bank tersebut dari posisi terendah tahun ini pada 28 Februari 2025.

Pada perdagangan Senin 17 Maret 2025, harga saham BBRI ditutup di level 3.830, naik 80 poin atau 2,13% dibandingkan sehari sebelumnya. Selama perdagangan lima hari terakhir, harga saham BBRI terakumulasi meningkat 130 poin atau 3,51%.

Pada perdagangan Senin 17 Maret 2025, harga saham BMRI ditutup di level 4.680 turun 60 poin atau 1,27%dibandingkan sehari sebelumnya. Selama perdagangan lima hari terakhir, harga saham BMRI terakumulasi meningkat 20 poin atau 0,43%.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menilai, masuknya kembali investor asing ke saham-saham perbankan merupakan pertanda positif.

Ia optimistis kinerja perbankan di 2024 serta prospek di 2025 masih berada dalam jalur yang baik.

Namun, pria yang akrab disapa Tiko ini mengingatkan bahwa kondisi pasar tetap dinamis.

Tekanan jual dari investor asing masih bisa terjadi, terutama karena faktor eksternal seperti kebijakan suku bunga The Fed.

"Tapi itu lebih karena kondisi pasar di AS dan ekspektasi terhadap suku bunga The Fed. Itu yang jadi pemicunya. Kalau dari dalam negeri, sentimen masih positif," ujar Tiko saat ditemui belum lama ini.

Valuasi Menarik dan Momentum Dividen Jadi Daya Tarik

VP Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menilai bahwa minat investor asing terhadap saham perbankan didorong oleh valuasi yang masih relatif murah dibandingkan dengan historisnya.

Selain itu, faktor rencana pembagian dividen serta aksi buyback turut menjadi daya tarik.

"Kami juga melihat momentum rilis kinerja kuartal I/2025 dapat menjadi katalis positif jika mencatatkan pertumbuhan yang baik," katanya.

Meski demikian, ia mengakui bahwa arus masuk dana asing masih tergolong kecil. Dalam jangka panjang, tren outflow masih berisiko terjadi, terutama karena ketidakpastian ekonomi global, kebijakan tarif AS, serta potensi rilis kinerja yang di bawah ekspektasi pasar.

Sentimen Global dan Kebijakan Pemerintah Jadi Faktor Penentu

Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, menambahkan bahwa pasar saham masih dibayangi tekanan dari faktor global.

Investor asing pun cenderung lebih berhati-hati dalam memasuki pasar negara berkembang.

Menurutnya, salah satu pendorong minat investor asing terhadap saham perbankan adalah peningkatan peringkat dari JP Morgan.

Baca Juga: Sunarso Borong Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Saat Harga Turun

Selain itu, saham big caps perbankan dianggap memiliki fundamental yang kuat.

Namun, beberapa faktor domestik berpotensi menjadi sentimen negatif, seperti program pemerintah terkait perbankan, termasuk penghapusan kredit UMKM yang dapat memicu spekulasi perlambatan pertumbuhan kredit.

Ia juga menyoroti ketidakjelasan implementasi program Danantara terkait optimalisasi dana perbankan.

"RUPST bisa menjadi momen yang dinantikan oleh investor asing karena adanya peluang dividen yield yang tinggi," ujarnya.

Baca Juga: BYD & Denza Terjual 3.400 Unit Awal 2025, Cek Harga BYD Atto Dolphin M6 Maret 2025

Selanjutnya: Tarif Royalti Nikel Indonesia Termasuk Paling Tinggi di Dunia, Ini Perbandingannya

Menarik Dibaca: Promo Aneka Wafer di Indomaret 18-19 Maret 2025, Khong Guan Wafer Stick Jadi Rp29.900

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×