Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah melemah pada perdagangan awal pekan ini, Senin (29/5). Pasar bereaksi terhadap adanya potensi kenaikan suku bunga lanjutan Amerika Serikat (AS).
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar bertahan kuat pada hari Senin (29/5) didukung oleh meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve (The Fed).
Hal itu dinilai lebih berpengaruh dibandingkan berita bahwa kesepakatan plafon utang AS telah diselesaikan membuat beberapa tawaran safe haven menjauh dari greenback.
Data yang dirilis pada hari Jumat (27/5) menunjukkan bahwa belanja konsumen AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada bulan April dan inflasi meningkat.
"Ini menambah tanda-tanda ekonomi yang masih tangguh," kata Ibrahim dalam riset harian, Senin (29/5).
Baca Juga: Rupiah Melemah Imbas Isu Debt Ceiling AS, Simak Proyeksinya untuk Selasa (30/5)
Kemudian, obligasi AS melonjak karena data dengan imbal hasil dua tahun, yang biasanya mencerminkan ekspektasi suku bunga jangka pendek, naik ke level tertinggi lebih dari dua bulan di 4,639% pada hari Jumat.
Selain itu, Ibrahim melihat bahwa pasar optimistis oleh berita Presiden Joe Biden telah menyelesaikan kesepakatan anggaran dengan Ketua DPR Kevin McCarthy untuk menangguhkan pagu utang US$31,4 triliun hingga 1 Januari 2025.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengamati, perdagangan hari ini cenderung mendatar. Hal itu sebagian besar dipengaruhi oleh liburnya bank eropa dan Amerika.
Kendati demikian, sentimen terhadap plafon utang AS tetap diperhatikan. Meski waktu default utang AS telah dimajukan ke tanggal 5 Juni 2023. Katalis yang akan mempengaruhi rupiah pekan ini rekatif cukup penting yang akan mempengaruhi pergerakan USD/IDR.
"Beberapa data ekonomi AS akan rilis pekan ini dan dipandang akan berpengaruh terhadap visi The Fed mengenai suku bunga," ungkap Sutopo kepada Kontan.co.id.
Sutopo menyebutkan, indeks keyakinan konsumen AS bulan Mei 2023 diperkirakan akan masuk ke zona pesimis. Klaim pengangguran awal yang diperkirakan akan meningkat, kemudian data aktivitas manufaktur yang tetap berada di zona kontraksi.
Selain itu, data pengangguran AS yang diperkirakan meningkat menjadi 3,5%, serta gaji non-pertanian yang diperkirakan menurun.
Sutopo berujar, meskipun perkiraan menandakan bahwa ekonomi AS cenderung melemah, sekitar 65% investor yakin The Fed masih hawkish, berbanding terbalik sebelum pengumuman FOMC lalu. Sementara, dari dalam negeri tidak ada data yang disarankan untuk pekan ini.
Ibrahim menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal kedua 2023 diprediksi lebih baik dan bisa di atas 5,03%. Tren membaiknya perekonomian Indonesia pada awal kuartal kedua 2023 membawa angin segar bagi pertumbuhan ekonomi periode tersebut.
Baca Juga: Koreksi Lagi, Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 14.973 Per Dolar AS pada Senin (29/5)
Hal yang mendukung perbaikan ekonomi ditunjukkan dari sejumlah indikator yang positif, seperti penjualan eceran, ekspansi kinerja manufaktur, dan kenaikan keyakinan konsumen.
Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.940 per dolar AS- Rp 15.040 per dolar AS pada Selasa (30/5). Sedangkan, Sutopo memperkirakan USD/IDR di kisaran Rp 14.900 per dolar AS - Rp 15.000 per dolar AS.
Adapun Senin (29/5), rupiah spot ditutup melemah 0,11% ke Rp 14.972 per dolar AS dibanding perdagangan Jumat (26/5). Sementara, rupiah jisdor melemah 0,09% ke level Rp 14.973 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News