kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah Tertekan Pekan Ini Jelang Keputusan Suku Bunga Pekan Depan


Sabtu, 17 September 2022 / 08:13 WIB
Rupiah Tertekan Pekan Ini Jelang Keputusan Suku Bunga Pekan Depan
ILUSTRASI. Penguatan nilai tukar dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia turut menekan nilai tukar rupiah dalam sepekan terakhir.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mayoritas mata uang dunia turut menekan nilai tukar rupiah dalam sepekan terakhir.

Jumat (16/9), kurs rupiah Jisdor melemah 0,27% ke level Rp 14.939 per dolar AS dan melemah 0,62% sepekan. Senada, kurs rupiah di pasar spot juga melemah 0,38% ke level Rp 14.955 per dolar AS kemarin dan melemah 0,84% sepekan.

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menilai, faktor yang memicu pelemahan rupiah utamanya berasal dari faktor eksternal. Pasar berekspektasi Federal Reserve bakal mengambil langkah agresif guna menurunkan angka inflasi di Amerika.

Baca Juga: Tak Berdaya, Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 14.939 Per Dolar AS Pada Jumat (16/9)

Angka inflasi konsumen (CPI) AS yang masih meningkat pada bulan Agustus menyebabkan pasar keuangan memperkirakan kenaikan suku bunga AS minimal 75 basis points (bps).

“Data CPI Amerika Serikat semakin menegaskan pandangan pasar bahwa The Fed setidaknya akan menaikkan suku bunga menjadi 75 basis poin. Ini akan menjadi kenaikan 75 bps dalam tiga pertemuan secara beruntun,” kata Alwi kepada Kontan.co.id, Jumat (16/9).

Alwi menambahkan, agresivitas bank sentral AS tersebut untuk memerangi inflasi berpotensi meningkatkan imbal hasil (yield) surat utang negara AS, US Treasury. Dengan kenaikan yield, maka selisih antara imbal hasil dalam negeri dengan imbal hasil AS semakin mendekat.

Baca Juga: Rupiah Melemah dalam Sepekan, Akibat Ekspektasi Pasar Terhadap The Fed

Sementara dari faktor internal, belum mampu mengangkat harga rupiah. Padahal sebenarnya data neraca perdagangan dalam negeri menunjukkan surplus dan melebih ekspektasi pasar. 

Alwi bilang, neraca perdagangan pada Agustus dibandingkan bulan sebelumnya tercipta surplus sebesar US$ 4,22 miliar. Angka ini melebihi ekspektasi US$ 4,7 miliar dengan realisasi ekspor naik 30%, serta impor baik 32,81%. 

“Capaian ini seharusnya menjadi sentimen positif untuk rupiah. Tapi nyatanya tidak mampu mengangkat rupiah. Sentimen eksternal semakin kuat. Belum lagi ada pernyataan proyeksi dari Intenational Monetary Fund (IMF) terkait pandangan suram prospek ekonomi global,” ujar Alwi.

Baca Juga: Harga Emas Turun 2,5% Sepekan Jelang Pengumuman Suku Bunga The Fed Pekan Depan

Ekonom Senior Samuel Sekuritas Fikri C Permana menambahkan, ekspektasi pasar terhadap potensi kenaikan suku bunga The Fed telah menekan rupiah. Dalam sepekan ini, rupiah baru melemah terhadap dolar AS pada Rabu malam setelah rilis data inflasi AS. 

“Pada saat risk on, saya kira ini yang bikin indeks dolar naik pada Rabu hingga berlanjut saat ini, membuat rupiah tertekan,” ungkap Fikri.

Fikri menyebutkan, secara fundamental rupiah berpotensi menguat dengan neraca dagang yang positif. Namun hal tersebut bergantung pada keputusan rapat The Fed dan Bank Indonesia (BI) satu hari setelahnya terkait penyesuaian suku bunga acuan.

Alwi bilang, apabila keputusan The Fed menaikkan suku bunga maka akan menjadi pendorong penguatan dolar. Selanjutnya, jika BI masih menahan suku bunga maka akan terciptanya kondisi hawkish The Fed dan kondisi dovish BI. Hal ini kemungkinan bakal memukul rupiah.

Alwi menilai rupiah baka bergerak pada rentang Rp 14.900 per dolar AS-Rp 15.030 per dolar AS untuk pekan depan. Sedangkan, Fikri meramalkan rupiah bergerak antara Rp 14.800 per dolar AS-Rp 15.100 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×