Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
Menurutnya, potensi perang di Timur Tengah bisa menimbulkan gejolak ekonomi seperti naiknya harga energi, memicu pelaku pasar mencari aman di aset safe haven seperti dolar AS.
"Lalu, kebijakan Presiden Trump dianggap bisa memicu perang dagang lagi seperti pemerintahannya dahulu sehingga ini juga bisa menimbulkan gejolak ekonomi global," terangnya.
Dari dalam negeri, Ariston menilai sebetulnya ada sentimen positif yang mendorong gerak rupiah, yakni dari susunan kabinet dengan muka lama, khususnya Menteri Keuangan. Hal itu mengindikasikan adanya keberlanjutan dan kestabilan kebijakan ekonomi.
Baca Juga: Sebelum Tukar Valas, Cermati Kurs Dollar-Rupiah di BCA Hari Ini Jumat (25/10)
"Namun memang, masih perlu dilihat kembali bagaimana kebijakan ekonomi pemerintahan baru ke depan, seperti dari sisi pembiayaan proyek-proyek ekonominya dan pengelolaan keuangannya," katanya.
Dus, ia menilai rupiah masih berpotensi lanjut melemah di awal pekan depan seiring sentimen global yang masih akan berlanjut. Ia memperkirakan rupiah akan bergerak di Rp 15.500 - Rp 15.700 per dolar AS.
Sementara Josua berpandangan positif dengan adanya rebound rupiah pada pekan depan. Dia memproyeksikan rupiah di Rp 15.550 - Rp 15.675 per dolar AS. "Rupiah ditopang oleh potensi penurunan data ADP Employment Change, serta penurunan PCE Price Index tahunan," tutup Josua.
Selanjutnya: Bursa Jepang Jumat (25/10): Indeks Nikkei Alami Penurunan Mingguan ke-2 Beruntun
Menarik Dibaca: Judol Mengganas, Pengeluaran Rumah Tangga Apa yang Terpangkas?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News