kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah Tembus Rp 15.000, Begini Strategi Emiten Antisipasi Pelemahan Kurs


Rabu, 06 Juli 2022 / 11:15 WIB
Rupiah Tembus Rp 15.000, Begini Strategi Emiten Antisipasi Pelemahan Kurs
ILUSTRASI. Sejumlah emiten membeberkan strategi untuk menyiasati pelemahan rupiah


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten mulai mengatur strategi untuk mengantisipasi efek pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Emiten yang pengadaan bahan bakunya masih didominasi dengan impor paling rentan terkena imbasnya.

Mengutip Bloomberg, hingga pukul 11.00 WIB, kurs rupiah di pasar spot sudah mencapai Rp 15.026 per dolar AS. Ini membuat rupiah melemah 0,21% dibanding penutupan hari sebelumnya di Rp 14.994 per dolar AS.

Emiten di sektor farmasi mengantisipasi pelemahan kurs rupiah. Pasalnya, komponen bahan baku di sektor ini masih bertumpu pada impor dari berbagai negara, dengan porsi yang mencapai sekitar 90%.

Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Vidjongtius mengungkapkan, jika kondisi ini terus berlanjut maka dampaknya akan terasa secara berkala. Sebagai langkah antisipasi, KLBF melakukan banyak efisiensi produksi internal.

Selain itu, KLBF juga sudah menyiapkan cadangan devisa internal sekitar US$ 50 juta -  US$ 60 juta untuk pendanaan bahan baku.

"Kalbe sejak akhir tahun lalu sudah menaikkan jumlah persediaan untuk mengamankan suplai sehingga obat kesehatan selalu tersedia di pasar," ujar Vidjongtius saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (5/7).

Baca Juga: Tembus Rp 15.000, Rupiah Berpotensi Menuju Rp 15.500 Per Dolar AS di Akhir Tahun 2022

Sekretaris Perusahaan PT Phapros Tbk (PEHA) Zahmilia Akbar mengamini, kebutuhan bahan baku impor untuk industri farmasi masih cukup tinggi. Kebanyakan berasal dari negara di Eropa, China, serta India.

Guna mengurangi ketergantungan impor bahan baku, Zahmilia mengatakan, PEHA sejak beberapa tahun lalu memaksimalkan penggunaan bahan baku dalam negeri. PEHA juga melakukan perencanaan dan realisasi pembelian bahan baku untuk kebutuhan beberapa bulan ke depan.

Upaya lain PEHA di antaranya melakukan long term agreement dengan vendor di luar negeri sehingga dampak kurs dapat diantisipasi. Kemudian mulai menggunakan mata uang lokal selain dolar AS dalam pembelian bahan yang masih impor agar nilainya lebih stabil.

"Hal ini menjadi fokus dari bagian supply chain kami untuk mencegah dampak berlebihan pada bisnis. Karena kami wajib menjaga ketersediaan obat bagi masyarakat di Indonesia bagaimanapun konsekuensi kondisinya," kata Zahmilia.

Baca Juga: Rupiah Spot Tembus ke Rp 15.000 Per Dolar AS di Awal Perdagangan Hari Ini (6/7)

Perusahaan yang bergerak di bisnis pupuk premium non-subsidi yakni PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk (SAMF) pun turut melakukan antisipasi. Direktur Utama SAMF Yahya Taufik menyebut bahwa pihaknya melakukan lindung nilai atau hedging pada setiap pengadaan bahan baku impor.

Adapun SAMF masih membutuhkan bahan baku yang diimpor dari Uzbekistan, Yordania, Mesir dan Laos. Sedangkan untuk pengadaan dari Rusia dilakukan secara tidak langsung alias melalui trader.

"Strategi kami utamanya adalah pengamanan bahan baku dan ketersediaan sumber dana.

Sejak pecah perang Rusia-Ukraina, kami langsung menghubungi suplier, memastikan pasokan bahan baku untuk memenuhi pesanan tahun ini," kata Yahya.

 

Sementara itu, bagi korporasi multi bisnis seperti PT Astra International Tbk (ASII), dampak fluktuasi kurs rupiah bervariasi. Head of Investor Relations ASII, Tira Ardianti mengamini, indikator makro ekonomi nasional seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat suku bunga dan inflasi turut mempengaruhi kinerja bisnis Group Astra.

Namun, sebagai salah satu konglomerasi yang memiliki bisnis terdiversifkasi, dampak terhadap Group Astra bisa berbeda. Pada lini bisnis berbasis komoditas seperti PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), lonjakan harga komoditas menjadi angin segar.

Sedangkan untuk bisnis otomotif, Tira menyebut bahwa sejauh ini pihaknya belum melihat ada perubahan permintaan akibat situasi ekonomi. ASII pun masih merujuk pada target penjualan yang diestimasikan oleh asosiasi, yakni Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) dan Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI).

Tira bilang, produk otomotif Astra juga sudah memiliki komponen domestik yang tinggi, meski masih ada beberapa komponen yang masih perlu diimpor. ASII pun akan terus mencermati perkembangan kondisi ekonomi dalam dan luar negeri untuk menyesuaikan strategi di berbagai lini bisnisnya.

"Sejauh ini masih dalam kondisi yang aman. Kami akan terus memantau perkembangan kondisi ekonomi untuk menyesuaikan strategi kami ke depan," sebut Tira.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×