kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,77   5,31   0.58%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah Tembus Rp 15.000, Begini Strategi Emiten Antisipasi Pelemahan Kurs


Rabu, 06 Juli 2022 / 11:15 WIB
Rupiah Tembus Rp 15.000, Begini Strategi Emiten Antisipasi Pelemahan Kurs
ILUSTRASI. Sejumlah emiten membeberkan strategi untuk menyiasati pelemahan rupiah


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

Rekomendasi Saham Pilihan Saat Rupiah Melemah

Head of Research Reliance Sekuritas Alwin Rusli memandang bahwa emiten yang harga pokok penjualannya memiliki eksposur mata uang asing akan terimbas pelemahan kurs rupiah. Kondisi ini cukup berdampak signifikan bagi emiten yang berada di sektor farmasi dan consumer goods, yang melakukan proses produksi dengan memakai bahan baku dari impor.

Namun, Alwin menilai model bisnis emiten pupuk NPK masih tergolong aman. Sebab, biaya produksi yang dikeluarkan sudah diketahui oleh pembeli pupuk, yang mayoritas merupakan perkebunan sawit.

Biaya produksi yang dikeluarkan bisa diteruskan atau pass through kepada pembelinya. Sehingga emiten pupuk hanya tinggal menetapkan margin yang bisa dilakukan melalui proses negosiasi antara kedua belah pihak.

Meski begitu, Alwin menyarankan pelaku pasar untuk wait and see terhadap emiten yang bisa terpukul akibat fluktuasi kurs. "Menurut saya lebih baik wait and see dulu kalau ingin melakukan investasi ke dalam emiten-emiten di sektor tersebut," sebut Alwin.

Baca Juga: Kocok Ulang Portofolio Investasi, Ini Sektor Saham yang Bisa Dilirik

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menambahkan, dampak lebih besar akan terjadi jika emiten memiliki utang yang didominasi dalam nominal dolar AS, sehingga beban utang akan meningkat. Di tengah kondisi seperti ini, Pandhu melihat sektor consumer goods masih bisa menghirup angin segar.

Pasalnya, harga gandum dalam dua bulan terakhir sudah mulai turun sekitar 36%, kemudian harga CPO juga turun sekitar 39%. Hal ini menjadi sentimen positif  yang mana kedua komoditas ini merupakan bahan baku utama.

Analisa Pandhu, kondisi itu tercermin dari pergerakan harga saham sejumlah emiten seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang mengalami penguatan sejak dua bulan terakhir.

Oleh sebab itu, jika terjadi koreksi kembali, maka Pandhu menyarankan buy on weakness. Mengingat kinerja akan cenderung membaik mulai semester kedua.

Namun untuk saat ini, pelaku pasar bisa wait and see terlebih dulu. "Sambil menunggu rilis laporan keuangan kuartal kedua. Kami perkirakan masih akan membukukan bottom line yang lemah sehingga ada potensi akan direspon negatif oleh pasar," imbuh Pandhu.

Sedangkan Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menyoroti saham poultry dan otomotif yang terimbas pelemahan kurs. "Seperti ASII, CPIN dan JPFA tertekan meskipun IHSG mengalami rebound," pungkas Ivan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×