Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja rupiah sebulan terakhir tercatat fluktuatif dengan kecenderungan pelemahan. Tensi perang dagang global yang kian memanas serta penantian hasil proyek strategis pemerintah memainkan peran penting dalam penentuan nilai rupiah di kuartal kedua mendatang.
Nilai tukar rupiah di pasar spot anjlok di akhir perdagangan hari ini. Senin (17/3), rupiah ditutup ke level Rp 16.406 per dolar Amerika Serikat (AS).
Ini membuat rupiah melemah 0,34% dibanding penutupan Jumat (14/3) di Rp 16.350 per dolar AS. Alhasil, rupiah menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia.
Pelemahan rupiah ini berbanding terjadi seiring penguatan dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Melemah di Awal Pekan, Investor Antisipasi Arah Suku Bunga BI dan Fed
Research & Development PT Trijaya Pratama Futures Alwy Assegaf menilai, pelemahan rupiah terjadi karena kondisi domestik Indonesia sedang tidak stabil.
“Saat ini beberapa kebijakan yang memberatkan (untuk penguatan rupiah). Seperti misalnya Danantara, kemudian juga kebijakan lainnya yang masih belum terealisasi,” papar Alwy kepada Kontan.co.id, Senin (17/3).
Alwy menjelaskan, saat ini pasar spot masih dalam aksi wait and see terhadap kebijakan-kebijakan baru pemerintah Indonesia. Namun yang pasti, kondisi internal negara memainkan peran penting dalam naik-turunnya nilai rupiah.
Buktinya, rupiah terseret melemah pasca pengumuman defisit APBN Februari 2025 yang melebar.
Untuk diketahui, defisit APBN hingga Februari 2025 tercatat sebesar 0,13% dari Produk Domestik Bruto (PDB), meningkat dari defisit bulan sebelumnya yang berada di 0,10% terhadap PDB.
Nilai rupiah pada kuartal kedua, menurut Alwy, bergantung banyak pada implementasi kebijakan baru pemerintah serta hasil proyek-proyek yang sedang digarap.
“Kalau dikelola dengan prudent, dengan profesional, sebetulnya itu (nilai rupiah) bisa lebih baik. Tapi nanti tergantung pada pengelolaannya. Di sana ‘kan yang dikhawatirkan korupsi. Intinya perlu kehati-hatiannya lah,” ungkap Alwy.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Menguat Terbatas pada Senin (17/3), Cermati Sentimen Penggeraknya
Namun di samping hal itu, Alwy menilai sentimen eksternal juga memainkan peran penting. Saat ini, Presiden AS Donald Trump masih agresif dengan kebijakan tarifnya.
Jika negara-negara yang terdampak kebijakan ini memberikan balasan, ekonomi AS akan melambat. Ini menjadi katalis positif bagi uang Garuda.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong sepakat bahwa ketidakpastian perang tarif global mempengaruhi nilai rupiah. Kendati demikian, Lukman menilai rupiah tidak akan melemah signifikan dengan intervensi rutin dari Bank Indonesia (BI).
“Idealnya rupiah akan berkisar Rp 16.500 di kuartal kedua (2025),” sebut Lukman kepada Kontan.co.id, Senin (17/3).
Sementara Alwy memproyeksi rupiah bisa menguat, dan akan bergerak di rentang Rp 16.160–Rp 16.579.
Selanjutnya: Jangan Kalap! Simak Tips Perencana Keuangan Cara Mengatur Uang THR
Menarik Dibaca: Bandung Hujan pada Pagi Hari, Ini Prakiraan Cuaca Besok (18/3) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News