Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah berhasil menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (3/7), di tengah meningkatnya optimisme pasar terhadap kesepakatan dagang global.
Mengutip data Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup menguat 0,30% ke level Rp 16.199 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp 16.247 per dolar AS.
Baca Juga: Dolar AS Stabil, Investor Tunggu Data Ketenagakerjaan dan Arah Kebijakan The Fed
Sementara itu, pergerakan mata uang Asia lainnya cenderung terbatas (sideways). Dolar Taiwan menjadi salah satu mata uang dengan penguatan tertinggi, yakni 0,5%, hingga mencapai level tertinggi sejak April 2022.
Menurut Strategis Valas OCBC Christopher Wong, penguatan tersebut ditopang oleh meningkatnya penjualan dolar AS oleh eksportir serta arus masuk modal asing ke pasar saham Taiwan pekan ini.
Di sisi lain, dolar Australia dan Selandia Baru melemah menjelang laporan ketenagakerjaan AS. Aussie terakhir diperdagangkan di US$0,65655 dan kiwi di US$0,6067, masing-masing turun sekitar 0,3%.
Baca Juga: Rupiah Spot Menguat 0,12% ke Rp 16.227 per Dolar AS pada Kamis (3/7) Siang
Fokus Pasar ke Data Tenaga Kerja
Di sisi lain, dolar AS menguat tipis hari ni di tengah sentimen positif terkait kesepakatan dagang antara AS dan Vietnam, yang mendorong harapan akan terobosan perjanjian serupa dengan negara lain menjelang tenggat tarif pada 9 Juli mendatang.
Indeks dolar AS yang mengukur kinerja greenback terhadap enam mata uang utama dunia terpantau naik 0,11% ke level 96,862.
Meskipun demikian, indeks ini masih mendekati posisi terendah dalam 3,5 tahun terakhir dan tercatat melemah sekitar 0,5% secara mingguan.
Fokus utama investor saat ini tertuju pada laporan ketenagakerjaan AS (non-farm payroll) bulan Juni yang dijadwalkan rilis pada Kamis malam waktu Indonesia, menjelang libur nasional AS pada 4 Juli.
Data ADP yang dirilis Rabu (2/7) sebelumnya menunjukkan bahwa payroll sektor swasta mengalami kontraksi sebesar 33.000 penurunan pertama dalam lebih dari dua tahun.
Hal ini memicu ekspektasi baru terkait waktu dan besaran pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Baca Juga: Tengok Kurs Dollar-Rupiah di BCA, BNI, BRI, dan Mandiri pada Kamis (3/7)
Menurut alat pemantau CME FedWatch, peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada bulan Juli meningkat menjadi 25%, naik dari 20% sehari sebelumnya.
“Rilis data ADP jelas meningkatkan ekspektasi terhadap laporan non-farm payroll hari ini,” kata Charu Chanana, Kepala Strategi Investasi Saxo di Singapura dikutip dari Reuters.
“Jika sebelumnya data lemah dianggap sebagai alasan The Fed untuk memangkas suku bunga, kini pasar bisa jadi akan memaknai data buruk sebagai sinyal resesi yang nyata,” tambahnya.
Tarif 20%-40% dan Dampaknya ke Pasar Global
Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa AS telah mencapai kesepakatan dagang dengan Vietnam, yang menjadi sinyal awal menjelang kebijakan tarif baru AS pada 9 Juli.
Trump menyatakan bahwa produk asal Vietnam akan dikenai tarif sebesar 20%, sementara barang yang dikirim ulang (trans-shipment) dari negara ketiga melalui Vietnam akan terkena tarif lebih tinggi, yakni 40%.
Charu Chanana menyebut bahwa kesepakatan ini menjadi sinyal positif bagi pasar, namun besaran tarif dinilai lebih agresif dari perkiraan.
“Yang perlu diawasi sekarang adalah bagaimana respons China, karena kebijakan tarif ini secara langsung menargetkan barang-barang trans-shipment,” ujarnya .
Selanjutnya: BTN Beberkan Penyebab Rasio Kredit Macet KPR Merangkak Naik
Menarik Dibaca: Apakah Benar Susu Kedelai Bagus Diminum untuk Diet Tubuh? Ini Faktanya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News