kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.931.000   26.000   1,36%
  • USD/IDR 16.465   -15,00   -0,09%
  • IDX 6.898   66,24   0,97%
  • KOMPAS100 1.001   10,19   1,03%
  • LQ45 775   7,44   0,97%
  • ISSI 220   2,72   1,25%
  • IDX30 401   2,31   0,58%
  • IDXHIDIV20 474   1,13   0,24%
  • IDX80 113   1,15   1,03%
  • IDXV30 115   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 131   0,58   0,44%

Rupiah Menguat Tipis ke Rp 16.449 Selasa (6/5), Dolar AS Tersandung Mata Uang Asia


Selasa, 06 Mei 2025 / 15:31 WIB
Rupiah Menguat Tipis ke Rp 16.449 Selasa (6/5), Dolar AS Tersandung Mata Uang Asia
ILUSTRASI. Nilai tukar rupiah berhasil menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (6/5), di tengah tekanan yang tengah membayangi greenback secara global. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/Spt.


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah berhasil menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (6/5), di tengah tekanan yang tengah membayangi greenback secara global.

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 16.449 per dolar AS, menguat 0,04% dibanding posisi penutupan sebelumnya di Rp 16.455 per dolar AS.

Baca Juga: Rupiah Berbalik Menguat ke Rp 16.443 Per Dolar AS di Tengah Hari Ini (6/5)

Pelemahan dolar AS terjadi setelah mata uang Taiwan mencatat lonjakan tajam yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam dua hari terakhir, dan efeknya merembet ke mata uang kawasan lainnya.

Pergerakan ini menyoroti kerentanan dolar AS, terutama di tengah perubahan dinamika hubungan dagang global.

Dolar Taiwan sempat menguat hingga menyentuh posisi tertinggi dalam tiga tahun di 29,59 per dolar AS pada Senin (5/5), atau melonjak sekitar 8% hanya dalam dua hari.

Penguatan tersebut bertepatan dengan berakhirnya perundingan dagang AS–Taiwan di Washington.

Meski pada perdagangan Selasa nilainya sedikit terkoreksi ke 30,185 per dolar, lonjakan sebelumnya masih membekas kuat di pasar.

Analis menilai, penguatan tajam ini bisa saja mencerminkan persetujuan diam-diam dari bank sentral Taiwan.

Pasalnya, negara dengan mata uang yang selama ini dikelola secara ketat mulai membuka ruang apresiasi, diduga sebagai bagian dari negosiasi dagang dengan pemerintahan Presiden Donald Trump.

Baca Juga: Simak Tingkat Kurs Dollar-Rupiah di Bank Mandiri, BCA, BRI, dan BNI Hari Selasa (6/5)

Tak hanya Taiwan, dolar Hong Kong juga mengalami tekanan penguatan hingga menyentuh batas atas dalam kisaran perdagangannya di 7,75–7,85 per dolar AS.

Kondisi ini mendorong Otoritas Moneter Hong Kong melakukan intervensi senilai US$ 7,8 miliar untuk mempertahankan patokan mata uang terhadap dolar AS.

Di China, yuan daratan (onshore yuan) menguat 0,7% ke posisi 7,2212 per dolar AS setelah kembali diperdagangkan pasca libur panjang.

Yuan lepas pantai (offshore yuan) juga mendekati posisi tertinggi dalam enam bulan di level 7,2135 per dolar AS.

Michael Wan, analis valas senior di MUFG, mengatakan penguatan mata uang Asia juga didorong oleh penyesuaian fundamental seiring naiknya suku bunga AS dan biaya lindung nilai yang lebih tinggi.

"Rebalancing portofolio mulai terjadi. Sekalipun dana tidak direpatriasi penuh, alokasi ke aset global lain menjadi langkah yang masuk akal," ujarnya.

Mata uang lain juga turut menikmati tekanan terhadap dolar AS. Dolar Australia bertahan di sekitar posisi tertinggi lima bulan di level US$ 0,6467.

Yen Jepang juga menguat, ditutup stabil di 143,69 per dolar AS setelah naik 0,9% sehari sebelumnya.

Baca Juga: Rupiah Dibuka Melemah ke Rp 16.478 Per Dolar AS Hari Ini (6/5), Seluruh Asia Tertekan

Menurut Carol Kong, analis valas di Commonwealth Bank of Australia, pelemahan dolar AS ini mencerminkan keraguan investor atas status dolar sebagai aset aman (safe haven), terutama di tengah ketidakpastian kebijakan dan dinamika geopolitik.

"Imbal hasil obligasi AS memang kembali ke posisi sebelum 'Liberation Day', tetapi dolar tetap melemah tajam. Ini menunjukkan pasar belum sepenuhnya yakin pada kekuatan dolar," katanya.

Indeks dolar AS terhadap enam mata uang utama tercatat turun 0,1% ke 99,73. Sepanjang April 2025, indeks ini telah merosot 4,3%, penurunan bulanan terbesar dalam lebih dari dua tahun.

Pasar kini menanti pengumuman kebijakan The Federal Reserve pada Rabu (8/5) waktu setempat.

The Fed diperkirakan akan menahan suku bunga, namun para pelaku pasar meyakini keputusan kali ini bisa menjadi titik akhir dari sikap moneter yang “jelas dan tegas”.

Sementara itu, euro menguat 0,09% ke level US$ 1,1324, pound sterling naik 0,05% ke US$ 1,3303, dan dolar Selandia Baru naik 0,26% ke US$ 0,5982.

Selanjutnya: Bocoran Spesifikasi & Harga Samsung Galaxy S25 Edge, Diprediksi Rilis 13 Mei

Menarik Dibaca: Ini 5 Manfaat Konsumsi Buah Pir untuk Asam Lambung

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×