kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.660.000   -10.000   -0,60%
  • USD/IDR 16.280   55,00   0,34%
  • IDX 6.743   -132,96   -1,93%
  • KOMPAS100 996   -6,22   -0,62%
  • LQ45 785   7,24   0,93%
  • ISSI 204   -4,64   -2,22%
  • IDX30 407   4,40   1,09%
  • IDXHIDIV20 490   7,18   1,49%
  • IDX80 114   0,52   0,46%
  • IDXV30 118   0,81   0,69%
  • IDXQ30 135   1,91   1,44%

Rupiah Menguat di Pekan Ini, Penundaan Tarif & Ekonomi Domestik Solid Jadi Penopang


Jumat, 07 Februari 2025 / 17:57 WIB
Rupiah Menguat di Pekan Ini, Penundaan Tarif & Ekonomi Domestik Solid Jadi Penopang
ILUSTRASI. Jumat (7/3), rupiah di pasar spot ditutup menguat 0,36% ke level Rp 16.283 per dolar AS dan membuatnya naik 0,13% dalam sepekan


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah menguat di pekan ini berkat ditundanya tarif impor Amerika Serikat (AS). Solidnya data ekonomi domestik turut mengangkat posisi rupiah, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Mengutip Bloomberg, Jumat (7/1), rupiah spot ditutup di level Rp 16.283 per dolar AS. Rupiah spot menguat sekitar 0,13% secara mingguan dari level akhir pekan lalu di Rp 16.304 per dolar AS, dan menguat 0,36% dibanding penutupan hari sebelumnya di Rp 16.341 per dolar AS.

Sementara itu, Rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup pada level Rp 16.325 per dolar AS. Rupiah jisdor BI tercatat melemah tipis 0,08% secara mingguan dari level Rp 16.312 per dolar AS, namun menguat 0,03% secara harian daripada level kemarin di Rp 16.330 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penguatan rupiah di akhir pekan ini didorong oleh sentimen positif dari luar maupun dalam negeri.

Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 16.283 Per Dolar AS pada Hari Ini (7/2), Baht Perkasa

Dari luar negeri, data terkait pasar tenaga kerja AS, yakni Initial Jobless Claims untuk minggu yang berakhir tanggal 1 Februari 2025 tercatat meningkat dari 208.000 menjadi 219.000, lebih tinggi dari prakiraan.

Kondisi tersebut mengindikasikan pasar tenaga kerja AS yang melonggar, sehingga meningkatkan ekspektasi terhadap pemotongan FFR lebih awal di tahun ini.

Dari dalam negeri, rupiah didukung posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2025 yang tercatat US$ 156,1 miliar, meningkat dibandingkan posisi pada akhir Desember 2024 sebesar US$ 155,7 miliar.

Josua menuturkan, kenaikan posisi cadangan devisa tersebut antara lain bersumber dari penerbitan global bond pemerintah, serta penerimaan pajak dan jasa di tengah kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sejalan dengan berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global.

‘’Naiknya posisi cadangan devisa ke level tertinggi dalam sejarah tersebut memberikan sentimen positif terhadap ketahanan sektor keuangan dan ekonomi Indonesia, sehingga menjanjikan stabilitas,’’ kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (7/2).

Baca Juga: Kekayaan Prajogo Pangestu Lenyap Rp 149,8 Triliun, Ini Penyebabnya!

Josua menambahkan, apresiasi rupiah sebelumnya dilatarbelakangi penundaan tarif Trump ke Kanada dan Meksiko selama 1 bulan. Penundaan tarif ini memberikan optimisme akan arah kebijakan Trump yang lebih moderat.

Namun retalisasi pemerintah China terhadap tarif AS terutama untuk produk sektor energi telah membatasi penguatan Rupiah. Investor juga cenderung merespon negatif data pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 5,03% pada 2024, lebih rendah daripada tahun 2023 sebesar 5,05%.

Sementara itu, Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, rupiah cenderung menguat pekan ini sejalan dengan pergerakan dolar AS yang melemah. Dolar AS turun akibat meredanya kekhawatiran seputar tarif AS karena Trump menunda pemberlakuan tarif pada Kanada dan Meksiko.

Data dari AS pun beragam yang dirilis pekan ini seperti data manufaktur yang lebih kuat, namun service sangat mengecewakan. Selain itu, lowongan kerja dan klaim pengangguran mengecewakan, namun data pekerjaan ADP employment AS lebih kuat.

Dari domestik, data-data ekonomi Indonesia turut menunjukkan sinyal yang beragam. Mulai dari deflasi di bulan Januari, pertumbuhan PDB 2024 yang sedikit lebih lemah, serta data pertumbuhan cadangan devisa untuk bulan Januari ke tingkat tertinggi.

‘’Investor sekarang menantikan data tenaga kerja AS yang paling penting yaitu NFP,’’ imbuh Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (7/2).

Baca Juga: Kekayaan Prajogo Pangestu Hingga Agoes Projosasmito Menciut, Kok Bisa?

Menurut Lukman, data Non Farm Payroll (NFP) AS yang akan dirilis Jumat malam ini akan menjadi penentu arah rupiah di pekan depan. Di samping itu, rupiah mungkin cenderung tertekan karena investor mengantisipasi data inflasi AS dan testimoni Ketua Fed, Jerome Powell.

‘’Kekhawatiran tarif Trump juga setiap saat bisa kembali dan investor perlu mewaspadai langkah-langkah balasan dari China,’’ ujar Lukman.

Dari eksternal, data inflasi konsumen AS dan testimoni Powell dijadwalkan pada hari Rabu (12/2), inflasi produsen AS pada hari Kamis (13/2) dan penjualan ritel AS pada hari Jumat (14/2). Sedangkan, tidak banyak data penting dari domestik di pekan depan, hanya penjualan ritel pada hari Rabu.

Lukman memproyeksi, rupiah bergerak di kisaran Rp 16.200 – Rp 16.500 selama pekan depan. Sementara itu, Josua memperkirakan, rupiah bergerak dalam rentang Rp 16.200 – Rp 16.400 per dolar AS di pekan depan.

Selanjutnya: Vatikan Umumkan Paus Fransiskus Menderita Bronkitis, Tapi Tetap Jalankan Jadwalnya

Menarik Dibaca: Jogja dan Sekitarnya Kompak Hujan Mulai Siang, Pantau Prakiraan Cuaca Besok!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×