Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga sebanyak 50 basis point (bps) pada Jumat (29/6) saat Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI. Kenaikan suku bunga yang agresif ini gagal menguatkan nilai tukar rupiah pada Senin (2/7). Di pasar spot, rupiah melemah 0,42% ke Rp 14.390 per dollar Amerika Serikat (AS) jika dibandingkan Jumat lalu.
Ekonom BCA David Sumual mengatakan, meski pekan lalu rupiah sempat menguat pasca pengumuman kenaikan suku bunga, masih ada banyak faktor yang mempengaruhi. “Isunya masih soal perang dagang AS dan China, mata uang yuan masih rapuh yang sewaktu-waktu masih bisa melemah lagi karena kebijakan moneter China yang sekarang lebih longgar,” kata David, hari ini.
Inflasi yang diumumkan hari ini juga sedikit di atas ekspetasi kebanyakan ekonom sebesar 0,59%. Koreksi harga minyak serta pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi yang bisa mendorong kenaikan inflasi yang lebih tinggi di bulan Juli menjadi sentimen negatif.
"Data-data yang muncul mixed, termasuk juga bursa hari ini negatif dan ada sedikit outflow dari pasar modal, menjadi sentimen juga” tambah David
Pelemahan rupiah ini belum dapat dipastikan kapan akan berakhir, masih dipicu dari faktor eksternal sejak minggu lalu. Namun BI dan pemerintah masih dapat mengambil langkah dengan kebijakan non-moneter fiskal seperti strategi pembiayaan utang atau revisi asumsi APBN untuk tahun ini dan tahun depan.
“Semoga perang dagang tidak semakin menguat. Ini proses lobi-lobi sehingga masih perlu waktu. Ada beberapa hal lagi, seperti malam ini akan ada data indeks manufaktur AS, Euro Zone dan Tiongkok, dan itu pasti akan menjadi perhatian pasar. Rupiah akan berada di support rentang level 14.300-14.380,“ kata David
Kenaikan bunga acuan sebesar 50 bps semakin menunjukkan upaya bank sentral memperketat kebijakan moneter. Hanya dalam kurun waktu dua bulan, BI mendongkrak suku bunga acuan total 100 bps.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News