kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Rupiah melemah, investor asing masih akan buru SUN


Kamis, 05 Maret 2015 / 17:50 WIB
Rupiah melemah, investor asing masih akan buru SUN
ILUSTRASI. BMKG meramalkan cuaca di Yogyakarta pada Jumat (22/9) cerah hingga berawan


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Minat investor asing di Surat Utang Negara (SUN) diprediksi masih cukup tinggi meski saat ini mereka berhadapan dengan resiko terus melemahnya nilai tukar rupiah. Menurut Chief Investment Officer Eastspring Investments Indonesia, Ari Pitojo, walau nilai investasi asing tergerus penurunan nilai tukar rupiah, namun tidak bakal jadi masalah besar.

Menurutnya pelemahan rupiah saat ini merupakan imbas dari penguatan dollar Amerika Serikat (AS). Ari mengatakan pelemahan rupiah juga akan sejalan dengan pelemahan mata uang negara tetangga yang ekspornya bergantung pada komoditas.

“Apakah investor asing akan lari? Saya rasa tidak, dengan kepemilikan asing sekitar 40% dari total, tidak mudah buat mereka juga untuk keluar,” ujar Ari. Ia menambahkan hal ini juga karena yield SUN 10 tahun yang di sekitar 7% masih menarik mengingat rasio hutang Indonesia terhadap Pertumbuhan Domestik Bruto masih cukup minim. “Tingkat hutang Indonesia masih cukup rendah,” jelasnya.

Mengutip laman resmi Indonesia Bond Pricing Agency, yield SUN tenor 10 tahun per Kamis (5/5) berada di level 7,22%.

Global Markets Financial Analyst Manager Bank Internasional Indonesia Anup Kumar memprediksi yield tersebut masih bisa naik ke level 7,6% akhir tahun ini. Pertimbangannya tren deflasi maupun inflasi rendah tak berlangsung lama mengingat potensi kenaikan harga minyak dunia yang terbuka lebar pada tahun ini serta belum pulihnya harga-harga komoditas ekspor Indonesia.  Implikasinya neraca perdagangan berpotensi kembali mencatat defisit.

Sementara, Analis obligasi Sucorinvest Central Gani Ariawan memperkirakan secara industri Indobex Government Total Return masih bisa mencetak return tahunan menjadi 12% pada akhir tahun 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×