Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Juli lalu tingkat inflasi Indonesia mencapai 3,29%. Selain di luar dugaan, inflasi ini juga merupakan yang tertinggi sejak krisis moneter 1998 lalu.
Reny Eka Putri, analis Bank Mandiri, memprediksi jika pergerakan rupiah dalam sebulan ke depan masih bergerak datar, ada di kisaran 10.200-10.400. "Flat dan cenderung melemah mengingat rilis data domestik negatif," imbuhnya, Senin (12/7).
Nah, sentimen dari dalam negeri sudah buruk. Sementara dari faktor eksternal, khususnya Amerika Serikat (AS) beberapa waktu lalu juga merilis data pengangguran Juli sebesar 7,4%. Angka ini ternyata di bawah ekspektasi sebelumnya, sebesar 7,5%, dan lebih rendah dibanding tingkat pengangguran bulan sebelumnya 7,6%.
Data tingkat pengangguran AS membaik. Indeks manufaktur dan jasa juga berada pada jalur yang sama. Artinya, pertumbuhan ekonomi AS semakin baik dan memberikan sinyal kuat bahwa The Fed akan merealisasikan pengurangan stimulusnya paling cepat September atau akhir tahun ini.
"Hal itu bagus bagi dollar AS dan akan semakin menekan rupiah. Jadi, baik secara eksternal dan internal sentimennya memang masih akan membuat rupiah berduka," jelas Reny.
Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures memiliki pandangan senada dengan Reny. Menurutnya, pergerakan rupiah dalam sebulan ke depan juga masih ada di kisaran 10.200-10.400 mengingat masih tingginya sentimen negatif baik dari dalam maupun luar negeri.
Tapi, pergerakan ini juga masih menunggu rapat BI yang bakal dilaksanakan pada 15 Agustus mendatang. "Yang paling mengena itu BI naikin lagi BI rate-nya 50 basis poin, maka rupiah baru bisa menguat," pungkas Ariston.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News