Reporter: Petrus Sian Edvansa | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Di tengah sentimen baik dari dalam negeri, rupiah tetap melemah di hadapan dollar Amerika Serikat (AS) akibat faktor-faktor eksternal yang tidak menguntungkan mata uang Garuda. Di pasar spot, terlihat rupiah pada Selasa (11/10) ditutup pada level Rp 13.032 per dollar AS atau melemah 0,42% dibandingkan hari sebelumnya yang ditutup pada level Rp 12.977 per dollar AS.
Hampir senada, apabila dibandingkan dengan pekan kemarin, rupiah melemah sekitar 0,41% setelah pada Selasa (4/10) pekan lalu ditutup di level Rp 12.978 per dollar AS.
Sementara di kurs tengah Bank Indonesia (BI), pada Selasa (11/10) rupiah terlihat berada di level Rp 12.992 per dollar AS, melemah sebesar 0,18% setelah pada hari sebelumnya rupiah tercatat di level Rp 12.969 per dollar AS.
Sementara bila dibandingkan dengan Selasa (4/10) pekan lalu, rupiah mengalami pelemahan tipis sebesar 0,03%. Pada Selasa (4/10) lalu di kurs tengah BI, rupiah tercatat berada di level Rp 12.988 per dollar AS.
Padahal, sentimen dalam negeri sedang dipenuhi rapor hijau. Wahyu Tri Wibowo, analis PT Central Capital Futures melihat bahwa pelemahan rupiah memang disebabkan oleh faktor dari luar. "Potensi dollar AS menguat masih ada terkait wacana fed rite dan hal ini masih bisa menekan rupiah." kata Wahyu.
Selain itu, secara teknikal Wahyu juga melihat pelemahan rupiah Selasa (4/10) adalah hal yang wajar. "Memang terlihat pasangan USD/IDR sudah mulai oversold," tambah dia.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat di tengah berhasilnya program pengampunan pajak periode pertama dan cadangan devisa akhir September lalu yang meningkat, nilai mata uang utama seperti poundsterling dan euro justru melemah terhadap the greenback.
"Poundsterling melemah terhadap dollar AS karena rencana Perdana Menteri Britania Raya Theresa May yang menargetkan akan segera keluar dari Uni Eropa pada kuartal pertama 2017, sementara euro juga masih diselimuti sentimen negatif pasca kasus Deutsche Bank," ungkap Josua.
Untuk besok (12/10), Josua melihat pasar masih harus mencermati pergerakan mata uang poundsterling dan euro. "Apabila sterling dan euro mengalami suatu pelemahan lanjutan, maka mata uang di Asia dapat kembali tertekan terhadap dollar AS, termasuk rupiah," kata dia.
Risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan dibuka ke publik pada Kamis (13/10) nanti juga dinilai Josua harus diperhatikan para pelaku pasar. Apabila dalam risalah ini terdapat pernyataan yang menguatkan probabilitas kenaikan suku bunga acuan, maka dollar AS akan semakin menguat, dan berimbas pada terpuruknya rupiah di hadapan dollar AS pada sisa pekan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News