Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah di pasar spot berotot hingga akhir perdagangan Senin (6/11). Rupiah spot ditutup di level Rp 15.539 per dolar Amerika Serikat (AS) atau menguat 1,22% dibanding penutupan Jumat (3/11) di Rp 15.728 per dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, nilai tukar rupiah akan sangat bergantung pada kondisi ekonomi dan pasar keuangan global. "Saat ini, kondisinya sudah cenderung membaik pasca tone the Fed yang less hawkish atau mulai dovish pasca FOMC meeting di awal November 2023," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (6/11).
Jika membahas fundamental rupiah, Josua menilai ketahanannya cenderung baik ditopang oleh fundamental ekonomi Indonesia yang kuat. Lalu kebijakan moneter yang pro stabilitas dan kondisi fiskal Indonesia yang sehat.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Lanjut Menguat Terbatas Pada Selasa (7/11)
Dus, Josua menilai tekanannya lebih berasal dari risk-off sentimen terkait dengan kondisi global saja. Pihaknya juga melihat jika tone the Fed yang less hawkish atau menjadi dovish terus berlanjut, maka rupiah masih ada potensi menguat.
"Kami melihat rupiah masih berpeluang menguat ke arah Rp 15.300 – Rp 15.500 per dolar AS pada akhir 2023 ini," katanya.
Untuk proyeksi kinerja neraca dagang Indonesia, Josua sudah mengantisipasi akan terjadi penyusutan surplus dan neraca transaksi berjalan akan mencatatkan defisit. Meski defisit, kondisi neraca transaksi berjalan masih akan cenderung manageable sehingga tidak akan memberikan tekanan yang cukup mengkhawatirkan bagi nilai tukar rupiah.
Jadi, upaya pemerintah dalam mengundang inflow, baik di investasi portofolio maupun langsung dinilai menjadi cukup penting. Salah satunya juga menjaga iklim politik dalam negeri menuju pemilu 2024.
"Hal ini diperlukan guna menahan dampak wait and see yang biasanya dilakukan investor menjelang pemilu," tutup Josua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News