kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rupiah ke Rp 13.073 per dollar, ini kata analis


Kamis, 13 Oktober 2016 / 20:53 WIB
Rupiah ke Rp 13.073 per dollar, ini kata analis


Reporter: Petrus Sian Edvansa | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Pasca dirilisnya risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) Kamis (13/10) dini hari waktu Jakarta, rupiah semakin jauh meninggalkan level 12.000. Keyakinan pelaku pasar soal kenaikan suku bunga acuan The Fed menjadi katalis bagi terdongkraknya indeks dollar AS. Imbasnya, rupiah kembali terkoreksi.

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot pada Kamis (13/10) tercatat ditutup di level Rp 13.073 per dollar AS, melemah 0,42% setelah pada hari sebelumnya ditutup di level Rp 13.018 per dollar AS. Dibandingkan dengan sepekan sebelumnya, nilai rupiah justru terkoreksi lebih dalam lagi sebesar 0,66% setelah pada Kamis (6/10) rupiah tercatat ditutup di level Rp 12.987 per dollar AS.

Sedangkan pada kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah pada Kamis (13/10) kemarin terlihat melemah sebesar 0,04% setelah tercatat di level Rp 13.028 per dollar AS. Pada penutupan hari sebelumnya, rupiah berada di Rp 13.023 per dollar AS. Dibandingkan dengan hari yang sama pekan lalu, rupiah melemah 0,28% setelah pada kurs tengah BI Kamis (6/10), rupiah berada di level Rp 12.992 per dollar AS.

Josua Pardede, ekonom Bank Permata mengamini, bahwa dirilisnya notulensi rapat FOMC memang membuat indeks dollar AS menguat dan melemahkan nilai tukar mata uang beberapa negara. "Selain itu, yield obligasi pemerintah AS juga naik. Ini akan menjadi sentimen negatif untuk pasar berkembang, termasuk rupiah," terang dia.

Selain itu, menurut Josua pelemahan rupiah juga datang dari pasar komoditas. Harga minyak yang terus menurun sampai hampir melewati level US$ 50 dia nilai sebagai sentimen negatif di Asia. "Kita lihat, dengan merosotnya harga minyak, nilai mata uang seperti won, rupee, ringgit, dan rupiah mulai terkoreksi," ujar Josua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×