Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan, kenaikan tingkat suku bunga yang lebih lama dari The Fed, tingginya tensi geopolitik, hingga menaikkan tensi Pemilu 2024 membuat pelaku pasar dan investor asing khawatir.
“Hal itu pun menciptakan repatriasi dana asing. Lepasnya aset aset denominasi rupiah juga merupakan salah satu yang membuat rupiah juga mengalami pelemahan,” ujarnya kepada Kontan, Senin (29/1).
Nico memaparkan, pelemahan rupiah tentu akan berimbas kepada sektor yang memiliki eksposur besar terhadap transaksi impor. Sebab, hal itu akan memberikan tekanan yang lebih besar dengan naiknya harga harga akibat lemahnya Rupiah.
“Industri seperti farmasi tentu saja akan menjadi salah satu sektor yang terkena dampak negatif, karena bahan baku farmasi masih 90% impor,” paparnya.
Sementara, yang terpapar positif adalah emiten yang memiliki eksposur yang besar terhadap aktivitas ekspor.
“Pelemahan rupiah akan meningkatkan keuntungan ke sektor komoditas, mulai dari emiten batubara, minyak dan gas, atau CPO,” ungkapnya.
Baca Juga: Harga Minyak Naik 1% Pasca Serangan Houthi Terhadap Kapal Tanker BBM di Laut Merah
Nico menegaskan, dampak pelemahan rupiah saat ini sifatnya masih sementara, sehingga masih sulit untuk melihat kinerja masing-masing emiten ke depannya.
Pelemahan rupiah saat ini juga belum tentu merupakan kienrja fundamental Rupiah yang sebenarnya di tahun ini.
“Jadi, belum tentu dampaknya langsung negatif ke emiten. Para emiten juga pasti ada yang sudah melakukan hedging kurs,” ujarnya.
Nico pun mencontohkan kinerja PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) saat ini tentu terlihat tidak akan menarik di tengah pelemahan rupiah, karena bahan baku mereka masih impor.
Namun, jika dilihat dalam jangka panjang, kinerja ICBP dan INDF masih menarik, mengingat sentimen positif terhadap sektor konsumen masih banyak dan kinerja fundamental emiten masih baik.
Head of Investment Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe mengatakan, kinerja ICBP dan INDF masih baik di tahun ini masih baik, meskipun dibayangi sentimen negatif pelemahan rupiah.
Baca Juga: Dampak Stimulus China Bagi Mata Uang Rupiah Masih Perlu Diamati
Sebab, ICBP dan INDF memiliki kecenderungan untuk memiliki stok bahan baku yang cukup untuk bisnis mereka setidaknya hingga enam bulan ke depan.
“Ini juga merupakan langkah mitigasi mereka menghadapi gejolak pasar,” ungkapnya kepada Kontan, Senin (29/1).
Kiswoyo juga memberikan catatan bahwa emiten properti dengan surat utang dolar AS juga kemungkinan akan terdampak kinerjanya dalam beberapa waktu mendatang.
”Tetapi, ini tetap balik lagi ke kinerja fundamental masing-masing perusahaan. Seberapa bagus arus kas mereka, itu akan mempengaruhi,” tuturnya.
Kiswoyo pun merekomendasikan beli untuk ICBP dan INDF dengan target harga tertinggi masing-masing Rp 13.000 per saham dan Rp 7.500 per saham.
”Target harga ini sampai akhir tahun,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News