Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah kembali melemah pada penutupan perdagangan Rabu (11/12) yang disebabkan oleh sentimen eksternal, di mana pasar menanti data inflasi AS.
Pada (11/12), rupiah spot ditutup pada level Rp 15.919 per dolar Amerika Serikat (AS), melemah 0,30% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 15.871 per dolar AS.
Sedangkan rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) jatuh 0,20% ke level Rp 15.905 per dolar Amerika Serikat (AS).
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan pelemahan rupiah disebabkan oleh kuatnya dolar Amerika seiring ekspektasi kenaikan inflasi konsumen yang akan rilis malam ini, dan data inflasi Produsen yang akan dirilis besok.
Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Melemah 0,20% ke Rp 15.905 Per Dolar AS Pada Rabu (11/12)
"Malam ini, inflasi konsumen Amerika untuk tahunan diproyeksikan jadi 2,7% dari 2,6%. Sementara untuk bulanan naik jadi 0,3% dari 0,2%," sebut Nanang kepada KONTAN, (11/12).
Nanang menjelaskan apabila laju inflasi Amerika naik maka dampaknya pada prospek suku bunga The Fed nantinya. Hal ini dapat memberi masukan bagi The Fed untuk mempertimbangkan langkah agresif di tahun 2025, terlebih lagi setelah angka non farm payroll yang membaik.
Meski begitu, Nanang tetap yakin The Fed akan memangkas suku bunga pada pekan depan sebesar 25 bps.
Di satu sisi, pasar tengah mencermati serangkaian event penting rapat bank sentral utama lainnya yang diperkirakan akan melakukan pelonggaran, seperti SNB, BOJ, RBNZ dan ECB.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan kondisi Suriah yang kembali memanas setelah pemberontak menggulingkan pemerintah Suriah turut mempengaruhi pergerakan rupiah.
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,30% ke Rp 15.919 Per Dolar AS Pada Rabu (11/12)
"Pasar menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi di kawasan tersebut, mengingat hal itu berpotensi melonggarkan cengkeraman Iran di Timur Tengah," kata Ibrahim.
Di sisi lain, investor sedang bersikap hati-hati menjelang rilisnya data indeks harga konsumen AS. Sebab hal itu kemungkinan akan menjadi faktor dalam rencana Federal Reserve terkait kebijakan suku bunga.
"Ketidakpastian atas prospek jangka panjang untuk suku bunga mendorong penguatan dolar, yang menekan mata uang Asia dalam beberapa minggu terakhir,"
Sementara itu, Politbiro China memberikan sinyal kuat dovish tentang rencana untuk membuka lebih banyak stimulus dan mendukung pertumbuhan.
Adapun fokus tertuju pada Konferensi Kerja Ekonomi Pusat (CEWC) China, sebuah pertemuan dua hari yang dimulai pada sore hari. CEWC berfungsi sebagai barometer bagaimana negeri tirai bambu itu akan mengatasi tantangan internal seperti pertumbuhan yang melambat, konsumsi yang lemah, dan tekanan eksternal seperti ketegangan perdagangan.
Untuk perdagangan Kamis (12/12), Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun akan ditutup melemah dalam rentang Rp 15.910 - Rp 15.970 per dolar AS.
Sementara Nanang memproyeksi rupiah pada Kamis (12/12) akan bergerak dalam rentang Rp 15.860 - 15.980 per dolar AS.
Selanjutnya: Harga Pangan di Sumatera Barat Rabu (11/12): Cabai Rawit Merah dan Bawang Merah Naik
Menarik Dibaca: British International Investment Nilai Potensi Pendanaan Iklim di Indonesia Menarik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News