kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   -2.000   -0,11%
  • USD/IDR 16.208   -7,00   -0,04%
  • IDX 7.898   -32,88   -0,41%
  • KOMPAS100 1.110   -7,94   -0,71%
  • LQ45 821   -5,85   -0,71%
  • ISSI 266   -0,63   -0,24%
  • IDX30 424   -3,04   -0,71%
  • IDXHIDIV20 487   -3,38   -0,69%
  • IDX80 123   -1,10   -0,89%
  • IDXV30 126   -1,56   -1,22%
  • IDXQ30 137   -1,32   -0,96%

Rupiah Diproyeksi Kembali Melemah Besok (19/8/2025)


Senin, 18 Agustus 2025 / 17:30 WIB
Rupiah Diproyeksi Kembali Melemah Besok (19/8/2025)
ILUSTRASI. Para analis memberikan proyeksi pergerakan rupiah untuk perdagangan pada Selasa (19/8/2025)


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot melemah pada perdagangan hari ini. Senin (18/8), rupiah ditutup di level Rp 16.198 per dolar Amerika Serikat (AS).

Ini membuat rupiah melemah 0,18% dibanding penutupan Jumat (15/8) yang berada di level Rp 16.169 per dolar AS. 

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, pelemahan rupiah hari ini kemungkinan besar dipicu oleh kombinasi sentimen global dan domestik.

"Dari sentimen global, pergerakan dolar AS di pasar global memiliki pengaruh besar. Jika dolar AS menguat, biasanya mata uang lain, termasuk rupiah, akan cenderung melemah," ujar Sutopo kepada Kontan, Senin (18/8).

Baca Juga: Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 16.198 Per Dolar AS pada Hari Ini (18/8)

Sutopo bilang, penguatan Dolar AS bisa disebabkan oleh data ekonomi AS yang lebih baik dari ekspektasi, pernyataan dari pejabat Federal Reserve (The Fed) yang bernada hawkish atau sentimen risk-off, di mana investor beralih ke aset yang lebih aman seperti dolar AS di tengah ketidakpastian global.

Selanjutnya, sentimen domestik bisa datang dari data ekonomi yang dirilis, seperti inflasi, neraca perdagangan, atau pertumbuhan ekonomi. 

Jika data-data ini menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, investor asing bisa mengurangi kepemilikan aset-aset Rupiah, seperti saham dan obligasi, yang berakibat pada melemahnya nilai tukar.

Serta arus modal keluar (capital outflow). Pelebaran selisih imbal hasil (yield) antara obligasi AS dan obligasi Indonesia juga dapat mendorong investor asing untuk menarik modalnya dari Indonesia. Hal ini menciptakan permintaan terhadap Dolar AS yang lebih tinggi dan menekan Rupiah.

Sutopo mengatakan, pergerakan rupiah besok akan sangat bergantung pada rilis data ekonomi, perkembangan geopolitik, dan kebijakan moneter yang berlaku. Baik di dalam maupun luar negeri.

Sementara itu, Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong memperkirakan rupiah akan berkonsolidasi dalam rentang sempit. Menurutnya, investor cenderung wait and see masih menantikan serentetan agenda sepekan ini. Seperti risalah Federal Open Market Committee (FOMC) dan pidato Ketua The Fed Jerome Powell pada simposium ekonomi di Jackson Hole. 

Baca Juga: Prudential: Pelemahan IHSG dan Rupiah Jadi Tantangan Pengelolaan Unitlink

"Adapun pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Zelensky diperkirakan tidak akan menghasilkan perubahan apapun," ucap Lukman, Senin (18/8).

Lukman menambahkan, investor juga mengantisipasi Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada hari rabu yang hingga saat ini diperkirakan masih akan mempertahankan tingkat suku bunga. Namun dengan meredanya tekanan dolar AS, potensi terbuka untuk pemangkasan. 

Sutopo memperkirakan rupiah besok akan bergerak dalam rentang yang ketat. Yakni di level Rp 16.150 - Rp16.250 per dolar AS.

Sementara Lukman memproyeksikan rupiah akan berada di rentang Rp 16.100 - Rp 16.250 per dolar AS pada perdagangan Selasa (19/8)

Selanjutnya: Target Pajak 2026 Dinilai Terlalu Tinggi, Risiko Pungutan Agresif Mengintai

Menarik Dibaca: BMKG Rilis Peringatan Dini Cuaca Besok (19/8), Hujan Sangat Lebat di Provinsi Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mengelola Tim Penjualan Multigenerasi (Boomers to Gen Z) Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×