kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Rupiah Diprediksi Lanjut Menguat, Simak Proyeksinya untuk Senin (1/7)


Minggu, 30 Juni 2024 / 11:23 WIB
Rupiah Diprediksi Lanjut Menguat, Simak Proyeksinya untuk Senin (1/7)
ILUSTRASI. Petugas menghitung uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Minggu (9/6/2024). Pemerintah dan Komisi XI DPR menyepakati perubahan asumsi makro nilai tukar rupiah dan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) antara Rp15.300 hingga Rp15.900 per dolar AS, dimana sebelumnya Bank Indonesia mematok kurs rupiah di kisaran Rp15.300 hingga Rp15.700 per dolar AS dan usulan pemerintah di rentang Rp15.300 hingga Rp16.000 per dolar AS. ANTARA FOTO/Reno Esnir/Spt.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditutup menguat pada perdagangan Jumat (28/6). Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot naik 0,19% ke posisi Rp 16.375 per dolar Amerika Serikat (AS). 

Sedangkan di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah juga menguat 0,16% ke level Rp 16.394 per dolar AS, pada Jumat (28/6). 

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan sentimen global datang dari arus masuk ke dolar, terutama didorong oleh antisipasi data indeks harga PCE, yang dirilis pada Jumat (28/6). 

Angka tersebut merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed, dan diperkirakan akan menjadi faktor dalam sikap bank sentral terhadap suku bunga.

Ibrahim menyebutkan bahwa data personal consumption expenditure (PCE) menunjukkan inflasi sedikit menurun pada bulan Mei, tetapi tetap berada di atas target tahunan The Fed sebesar 2%. Inflasi yang stagnan memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama, sebuah skenario yang berdampak buruk bagi emas dan logam mulia.  

“Komentar hawkish dari pejabat Fed juga memperkuat ekspektasi akan tingginya suku bunga dalam beberapa sesi terakhir,” kata Ibrahim dalam riset hariannya, Jumat (28/6). 

Menurut dia, suku bunga yang lebih tinggi akan meningkatkan biaya peluang (opportunity cost) dalam berinvestasi pada aset-aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding), dan membuat para pedagang menjadi lebih bias terhadap dolar dan utang AS. 

Baca Juga: Rupiah Menguat ke Bawah Rp 16.400 Per Dolar AS di Akhir Juni 2024

Sebelumnya, Gubernur The Fed, Michelle Bowman mengatakan Bank Sentral AS kemungkinan akan mempertahankan suku bunga stabil untuk beberapa waktu dalam upaya membantu mengendalikan peningkatan inflasi, dan menambahkan bahwa ia tidak memperkirakan Bank Sentral akan melakukan hal yang sama.  

Sementara itu, Ibrahim mengungkapkan sentimen dari dalam negeri datang dari pasar yang merespons positif terhadap Kementerian Keuangan (Kemenkeu), yang mana mencatat realisasi belanja bantuan sosial (bansos) hingga Mei 2024 senilai Rp 70,5 triliun. 

“Gelontoran anggaran tersebut pun naik 12,7% secara tahunan (YoY), dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 62,5 triliun,” bebernya. 

Dia menyebutkan bahwa kenaikan realisasi belanja bansos ini utamanya dipengaruhi oleh penyaluran bansos Kartu Sembako untuk dua bulan sekaligus. Adapun, pemanfaatan belanja bansos ini dilaksanakan oleh Kementerian Sosial (Kemensos) sebesar Rp 37,4 triliun. 

“Hal tersebut di antaranya digunakan untuk penyaluran Program Keluarga Harapan (PKH) bagi 10 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM), dan Kartu Sembako untuk 18,7 juta KPM,” imbuhnya. 

Analis Pasar Mata Uang, Lukman Leong mengatakan, rupiah pada perdagangan Senin (1/7) berpotensi menguat terhadap dolar setelah data inflasi PCE AS yang menunjukan moderasi pada tingkat harga dan secara umum lebih lemah dari perkiraan. 

Sedangkan sentimen dari dalam negeri, Lukman bilang, datang dari Investor yang menantikan data inflasi dan manufaktur Indonesia.

“Namun, investor juga sedang menantikan data manufaktur China pada Minggu (30/6), dan Senin (1/7),” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Sabtu (29/6). 

Lukman pun memperkirakan pada perdagangan Senin (1/7), rupiah akan berada di kisaran Rp 16.300 - Rp 16.400 per dolar AS.

Sementara brahim memproyeksi, mata uang rupiah akan ditutup menguat di rentang Rp 16.320 - Rp 16.410 per dolar AS, pada perdagangan Senin (1/7). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×