Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
‘’BI istilahnya dihadapkan simalakama, artinya ini kebijakan yang sulit. Kalau misalnya BI pangkas suku bunga artinya Rupiah akan semakin terpuruk karena perbedaan imbal hasil yang semakin menyempit bisa menyebabkan outflow. Tapi kalaupun tahan suku bunga di tengah sekarang kondisi ekonomi melambat, ini juga bisa semakin memperburuk perlambatan ekonomi domestik,’’ imbuh Alwi.
Secara keseluruhan, Alwi menilai, nilai tukar rupiah mungkin cenderung melemah terhadap dolar AS di tahun 2025. Risiko utama pelemahan rupiah yakni kebijakan tarif Trump, perang dagang, serta konflik geopolitik.
Dia menerangkan bahwa ancaman kenaikan tarif impor AS terhadap barang-barang komoditas dapat mengurangi pemasukan dari sektor komoditas.
Efek lanjutannya adalah turunnya Produk Domestik Bruto (PDB) yang menunjukkan ancaman perekonomian.
Baca Juga: BI: Inflasi dan Ketidakpastian Global Meningkat, Negara Berkembang Harus Waspada
Konflik geopolitik yang masih memanas di berbagai belahan dunia turut menjadi risiko pelemahan nilai tukar rupiah. Konflik yang berkepanjangan akan terus menguntungkan dolar AS sebagai lindung nilai (safe haven) di masa ketidakpastian.
‘’Ancaman ketidakpastian global sangat sensitif bagi pasar emerging market yang artinya terjadi aksi hindar resiko. Dan instrumen yang dipilih tentunya safe haven dengan dolar AS akan diuntungkan. Namun mungkin BI pun tidak akan tinggal diam untuk mengatasi pelemahan Rupiah,’’ sebut Alwi.
Alwi memproyeksi, pelemahan rupiah bisa menuju resistance Rp 16.287 – Rp 16.484 per dolar AS di tahun 2025. Sedangkan, level support rupiah tahun depan diperkirakan di rentang Rp 15.600 – Rp 15.830 per dolar AS.
Selanjutnya: Industri Kelapa Kena PPN 12%, Hipki: Ini Memberatkan
Menarik Dibaca: Denpasar Hujan Menjelang Siang, Simak Prakiraan Cuaca Besok di Bali
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News