Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menguat dalam empat hari perdagangan sejak awal pekan, kurs rupiah spot melemah pada Jumat (10/7). kurs rupiah spot ditutup pada Rp 14.435 per dolar Amerika Serikat (AS), melemah 0,28% pada perdagangan harian. Dalam sepekan, kurs rupiah spot masih menguat 0,61% dari posisi Rp 14.523 per dolar AS pada Jumat (3/7).
Lebih lemah, kurs rupiah pada Jisdor pun melorot 0,38% pada ke Rp 14.501 per dolar AS pada Jumat (10/7). Meski melewati Rp 14.500 lagi, kurs rupiah masih tercatat menguat 0,45% ketimbang pekan lalu yang masih ada di Rp 14.566 per dolar AS.
Pelemahan kurs rupiah Jumat kemarin beriringan dengan pelemahan mayoritas mata uang Asia di tengah kenaikan kasus baru virus corona secara global. "Secara umum, seluruh mata uang Asia lebih defensif yang masuk akal terjadi setelah reli sepekan," kata Stephen Chiu, Asia FX & rates strategist Bloomberg Intelligence, Jumat (10/7).
Baca Juga: Kenaikan IHSG dan tiga emiten baru mengerek kapitalisasi bursa pekan ini
Pada perdagangan Jumat (10/7), hanya mata uang dolar Singapura dan yen Jepang yang menguat terhadap the greenback. Dalam lima hari perdagangan, mata uang yuan mencatat kenaikan terbesar terhadap dolar AS. Yuan menguat 0,88%, disusul yen dengan penguatan 0,74% dan rupiah di tempat ketiga.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan rupiah melemah disebabkan oleh kembali menguatnya kinerja dolar AS. Hal ini tidak terlepas dari rilis klaim jumlah pengangguran di AS yang ternyata jauh lebih baik dari perkiraan pasar.
“Padahal sebelumnya kinerja dolar AS cenderung melemah sehingga rupiah dalam sepekan relatif menguat. Selain itu, beberapa rilis data ekonomi dalam negeri dan kebijakan yang diambil pemerintah juga mampu mengangkat kinerja rupiah pada sepekan ini,” ujar Faisyal kepada Kontan.co.id, Jumat (10/7).
Baca Juga: Mumpung Valuasi Murah, Investor Asing Gencar Suntik Modal ke Bank Lokal
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan kinerja positif rupiah dalam sepekan terakhir didorong oleh keyakinan pelaku pasar seiring data cadangan devisa yang baik. Ditambah lagi, keputusan intervensi yang dilakukan BI dengan burden sharing beban APBN juga memberikan ekspektasi positif.
“Sementara pelemahan Jumat tidak terlepas dari ledakan kasus positif virus corona di Indonesia yang mencapai 2.657 kasus pada hari sebelumnya cukup mengkhawatirkan. Selain itu, meski rilis pertumbuhan belanja negara membaik hingga 6% pada semester I 2020, realisasi belanja di level kementerian lembaga dirasa masih rendah sehingga alokasi stimulus yang besar tidak sebanding dengan kemampuan eksekusi anggaran,” ujar Bhima, Jumat (7/10).
Baca Juga: BI perkirakan inflasi bulan Juli 2020 sebesar 0,04%
Sepekan ke depan, Bhima menilai sentimen yang perlu dicermati adalah masih terkait dengan laju kasus penyebaran virus corona dan rencana sebagian negara memberlakukan pembatasan kembali. Selain itu, pelaku pasar juga mencermati ledakan tingkat pengangguran di tahun 2020 yang lebih tinggi dari krisis 2008.
“Implikasinya pelaku pasar cenderung bermain aman dan menjauhi aset aset yang memiliki risiko tinggi. Ditambah lagi, pergerakan harga komoditas khususnya minyak dan emas juga harus dicermati, serta isu reshuffle kabinet,” tambah Bhima.
Faisyal menilai sentimen utama rupiah masih terkait penyebaran virus corona baik dari dalam negeri maupun secara global. “Akan ada rilis data ekonomi dari tiga bank sentral utama, yakni Jepang, Kanada, Uni Eropa. Jika dari data tersebut ada proyeksi ekonomi yang lebih buruk dari perkiraan, tentu ini bisa jadi tekanan untuk rupiah,” jelas Faisyal.
Dari dalam negeri, rilis data ekonomi berupa data neraca perdagangan akan bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah jika datanya lebih baik dari estimasi pasar. Selain itu ada keputusan terkait suku bunga dari BI, walau pasar sejauh ini sudah mengantisipasi dengan tidak ada pemangkasan suku bunga.
Baca Juga: Kurs rupiah melorot ke Rp 14.435 per dolar AS, masih menguat 0,61% dalam sepekan
Faisyal memprediksikan kurs rupiah selama sepekan ke depan akan bergerak pada rentang Rp 14.250 per dolar AS-Rp 14.600 per dolar AS. Bhima memperkirakan rupiah akan bergerak pada rentang Rp 14.490 per dolar AS-Rp 14.590 per dolar AS dengan kecenderungan melemah pada sepekan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News