Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan kinerja positif rupiah dalam sepekan terakhir didorong oleh keyakinan pelaku pasar seiring data cadangan devisa yang baik. Ditambah lagi, keputusan intervensi yang dilakukan BI dengan burden sharing beban APBN juga memberikan ekspektasi positif.
“Sementara pelemahan Jumat tidak terlepas dari ledakan kasus positif virus corona di Indonesia yang mencapai 2.657 kasus pada hari sebelumnya cukup mengkhawatirkan. Selain itu, meski rilis pertumbuhan belanja negara membaik hingga 6% pada semester I 2020, realisasi belanja di level kementerian lembaga dirasa masih rendah sehingga alokasi stimulus yang besar tidak sebanding dengan kemampuan eksekusi anggaran,” ujar Bhima, Jumat (7/10).
Baca Juga: BI perkirakan inflasi bulan Juli 2020 sebesar 0,04%
Sepekan ke depan, Bhima menilai sentimen yang perlu dicermati adalah masih terkait dengan laju kasus penyebaran virus corona dan rencana sebagian negara memberlakukan pembatasan kembali. Selain itu, pelaku pasar juga mencermati ledakan tingkat pengangguran di tahun 2020 yang lebih tinggi dari krisis 2008.
“Implikasinya pelaku pasar cenderung bermain aman dan menjauhi aset aset yang memiliki risiko tinggi. Ditambah lagi, pergerakan harga komoditas khususnya minyak dan emas juga harus dicermati, serta isu reshuffle kabinet,” tambah Bhima.
Faisyal menilai sentimen utama rupiah masih terkait penyebaran virus corona baik dari dalam negeri maupun secara global. “Akan ada rilis data ekonomi dari tiga bank sentral utama, yakni Jepang, Kanada, Uni Eropa. Jika dari data tersebut ada proyeksi ekonomi yang lebih buruk dari perkiraan, tentu ini bisa jadi tekanan untuk rupiah,” jelas Faisyal.
Dari dalam negeri, rilis data ekonomi berupa data neraca perdagangan akan bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah jika datanya lebih baik dari estimasi pasar. Selain itu ada keputusan terkait suku bunga dari BI, walau pasar sejauh ini sudah mengantisipasi dengan tidak ada pemangkasan suku bunga.
Baca Juga: Kurs rupiah melorot ke Rp 14.435 per dolar AS, masih menguat 0,61% dalam sepekan
Faisyal memprediksikan kurs rupiah selama sepekan ke depan akan bergerak pada rentang Rp 14.250 per dolar AS-Rp 14.600 per dolar AS. Bhima memperkirakan rupiah akan bergerak pada rentang Rp 14.490 per dolar AS-Rp 14.590 per dolar AS dengan kecenderungan melemah pada sepekan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News