Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan rupiah pada Selasa (17/10) diprediksi masih akan dibayangi sentimen eksternal.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, rupiah berpotensi menguat terbatas seiring dengan ekspektasi penurunan data Empire Manufacturing AS bulan Oktober 2023 menjadi -6,0 dari sebelumnya 1,9.
Dolar AS juga kembali menguat di tengah sentimen risk-off akibat tensi geopolitik Israel-Hamas yang berlanjut. Ketegangan geopolitik ini membuat harga minyak global ikut terkerek naik hingga menyentuh level di atas US$ 90 per barel.
"Akibatnya, ekspektasi inflasi global meningkat dan menekan nilai tukar rupiah lebih lanjut," kata Josua saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (16/10).
Baca Juga: Jika Tekanan Tak Berhenti, Rupiah bisa Mendekati Zona Rp 16.000 per Dolar AS
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menambahkan, selain konflik geopolitik, penguatan dolar AS juga terdorong oleh ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed karena data terbaru menunjukkan inflasi konsumen dan sentimen tetap kuat. Fokus minggu ini tertuju pada serangkaian pembicara Federal Reserve serta data ekonomi AS lainnya.
Ibrahim memprediksi, suku bunga AS kemungkinan akan tetap lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
"Hal ini memberikan tekanan pada pasar Asia karena kesenjangan antara imbal hasil yang berisiko dan yang berisiko rendah semakin menyempit," tutur Ibrahim.
Josua memprediksi, rupiah berpotensi menguat terbatas di kisaran Rp 15.675-Rp 15.750 per dolar AS pada Selasa (17/10).
Sementara Ibrahim memperkirakan, mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.710-Rp 15.770 per dolar AS.
Sebagai informasi, berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah 0,25% ke level Rp 15.721 per dolar AS pada perdagangan Senin (16/10).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News