Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Rupiah berpeluang melanjutkan penguatan terbatas di tengah minimnya sentimen positif dari dalam negeri. Faktor dollar Amerika Serikat (AS) yang sedang tertekan membuat ruang rupiah untuk menguat.
Pada Kamis (26/2), rupiah di pasar spot ditutup menguat 0,19% menjadi Rp 12.831 per dollar AS. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah naik 0,19% ke level Rp 12.862 per dollar AS.
Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk mengatakan, penguatan terbatas rupiah masih didorong oleh sentimen atas testimoni Gubernur The Federal Reserve (The Fed), Jannet Yellen, di depan kongres AS.
Yellen memberikan sinyal bahwa Bank Sentral AS itu tidak akan menaikkan suku bunga setidaknya dalam dua pertemuan rutin komite federal ke depan. "Sinyal dari Yellen membuat dollar AS tertahan," ungkap Reny, Kamis (26/2).
Tekanan terhadap dollar bertambah lantaran data penjualan rumah baru di AS juga turun 0,2% menjadi 481.000 unit per Februari 2015. Kondisi Eropa juga sedikit memberi ruang euro untuk menguat terhadap dollar AS.
Troika atau trio Uni Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) dan Dana Moneter Internasional (IMF) sudah menyetujui perpanjangan dana talangan (bailout) selama empat bulan kepada Yunani.
Persetujuan ini memang memberikan sentimen positif pada euro setidaknya dalam jangka pendek. Namun, Reny meyakini, penguatan euro terhadap dollar AS belum permanen karena bagaimanapun kondisi Yunani masih memiliki risiko tinggi.
Dari dalam negeri relatif tidak ada sentimen yang signifikan mempengaruhi rupiah. Pasalnya, rilis data ekonomi terbaru baru akan dilakukan pekan depan. Reny memprediksi rupiah akan menguat terbatas pada Jumat (27/2) di kisaran Rp 12.795-Rp 12.930 per dollar AS.
William Surya Wijaya, Analis PT Indosurya Asjaya Securities memprediksi, rupiah bergerak sideways di kisaran Rp 12.750-Rp 12.940 per dollar AS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News