Reporter: Dina Farisah, Namira Daufina | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Pasca pernyataan The Fed yang memberikan sinyal masih belum akan menaikkan suku bunga Amerika Serikat (AS) dalam waktu dekat, membuat rupiah rebound. Penguatan rupiah tertopang mengendurnya otot index dollar AS.
Di pasar spot, Rabu (25/2) posisi rupiah terhadap dollar AS naik 0,51% dibanding penutupan hari sebelumnya yang menyentuh level Rp 12.856. Sedangkan kurs tengah Bank Indonesia mencatatkan rupiah mengendur 0,16% ke level Rp 12.887.
Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, Faisyal mengungkapkan, rupiah mendapat angin segar atas pernyataan Gubernur Bank Sentral AS, Janet Yellen. Komentar Yellen yang bernada negatif (dovish), tidak hanya melumpuhkan dollar terhadap rupiah, melainkan juga terhadap mata uang dunia lainnya. Akibatnya, aset berisiko, seperti rupiah diuntungkan.
“Dollar cukup terpukul pasca testimoni dovish dari Yellen. Sebab, pelaku pasar mengharapkan komentar Yellen lebih agresif dalam menaikkan suku bunga,” tutur Faisyal.
Head of Research and Analyst BNI, Nurul Eti Nurbaeti memaparkan bahwa naiknya rupiah selain ditopang oleh pelemahan index dollar AS juga karena faktor pergerakan pasar di dalam negeri. Salah satunya adalah kenaikan index harga saham. Index harga saham ditutup menguat Rp 5.445 atau naik 27,79 poin dibanding kemarin.
“Begitu juga dengan harga pasar obligasi yang naik,” tambah Nurul. Kedua hal ini memberikan dorongan terhadap apresiasi yang terjadi pada rupiah.
Jika risk appetite pelaku pasar masih bertahan hingga besok, maka peluang rupiah untuk kembali menguat masih terbuka. Optimisme bahwa kenaikan suku bunga belum akan terjadi dalam waktu dekat ditambah dugaan kenaikan bisa molor hingga kuartal tiga 2015 mendatang, menjadi keuntungan tersendiri bagi rupiah.
Namun minimnya data ekonomi di penghujung bulan menjadikan daya tahan rupiah juga tidak kokoh. Apalagi tekanan juga bisa datang dari pasar dalam negeri. “Menyambut akhir bulan permintaan dollar AS korporasi Indonesia tinggi,” kata Nurul. Ketika siklus bulanan ini berlangsung, pasar memburu USD. Ini yang membuat pergerakan rupiah terbatas.
Kamis besok, Faisyal menduga rupiah akan bergerak netral dengan kecenderungan menguat terbatas. Pelaku pasar akan mencermati testimoni lanjutan dari Yellen pada Rabu (25/2) malam. Pelaku pasar memprediksi pernyataan Yellen tidak akan jauh berbeda dari pernyataan sebelumnya. Kondisi ini diharapkan dapat menjaga penguatan rupiah.
Di malam yang sama, pelaku pasar juga akan mengamati pernyataan Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB), Mario Draghi. Adapun bahasan yang akan disampaikan Draghi terkait perpanjangan bailout Yunani dan persiapan stimulus moneter yang akan mulai dilakukan pada Maret mendatang. Meredanya kekhawatiran atas Yunani diprediksi akan menguntungkan bagi aset berisiko karena pelaku pasar kembali masuk pada aset berisiko.
Faisyal menduga pasangan USD/IDR besok akan terbentang di kisaran 12.730-12.930. Begitu pun Nurul menduga besok rupiah bergerak di kisaran sempit yakni Rp 12.850 – Rp 12.890.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News