Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Hal ini didukung oleh tingkat suku bunga yang rendah dan permintaan konsumen yang kuat, terutama dengan dukungan dari minat yang berkelanjutan dari bank-bank domestik terhadap pertumbuhan pinjaman hipotek.
Namun, risiko negatif terhadap prospek pemasaran dan penjualan perusahaan properti dapat muncul dari kenaikan suku bunga yang disebabkan oleh inflasi bahan pangan dan kondisi cuaca buruk yang disebabkan oleh El Nino.
"Atau ada langkah-langkah dari beberapa otoritas dalam mengelola volatilitas mata uang sebagai dampak dari peristiwa global," tambahnya.
Reza Priyambada, Konsultan Investasi dari Reliance Sekuritas Indonesia, menganggap bahwa penilaian dari Fitch tidak sepenuhnya tepat. Meskipun rasio aset dan liabilitas APLN masih dalam kisaran wajar, dengan rasio utang terhadap ekuitas (DER) yang tinggi sebesar 136,55%.
Baca Juga: Ini Target Surya Semesta Internusa (SSIA) Tahun Depan
ASRI juga memiliki DER sebesar 109,41%, yang dianggap normal meskipun kinerja pemasaran dan penjualan masih kurang memuaskan.
"Artinya, proses refinancing juga akan mempertimbangkan kemampuan mereka. Jika refinancing dilakukan untuk memberikan ruang bagi pengembangan proyek properti, seharusnya tidak ada masalah," ujarnya kepada Kontan pada Kamis, 29 Februari.
Menurut Reza, prospek perusahaan pengembang properti masih cerah di tahun 2024. Namun, perlu diperhatikan persaingan dengan perusahaan sejenis dalam segmen produk yang sama.
"Ini kembali pada kinerja manajemen dalam mengembangkan proyek-proyek mereka pada tahun 2024," tambahnya.
Reza merekomendasikan untuk tetap memegang saham APLN dan ASRI dengan target harga masing-masing Rp125 per saham dan Rp160 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News