kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.855   57,00   0,36%
  • IDX 7.134   -26,98   -0,38%
  • KOMPAS100 1.094   -0,62   -0,06%
  • LQ45 868   -3,96   -0,45%
  • ISSI 217   0,66   0,31%
  • IDX30 444   -2,90   -0,65%
  • IDXHIDIV20 536   -4,36   -0,81%
  • IDX80 126   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 134   -2,14   -1,58%
  • IDXQ30 148   -1,23   -0,83%

Risiko Refinancing Menghantui, Simak Prospek Kinerja Emiten Properti


Kamis, 29 Februari 2024 / 20:05 WIB
Risiko Refinancing Menghantui, Simak Prospek Kinerja Emiten Properti
ILUSTRASI. Risiko Refinancing Menghantui, Simak Prospek Kinerja Emiten Properti


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fitch Ratings mengidentifikasi sejumlah perusahaan pengembang properti di Indonesia yang memiliki kinerja pemasaran dan penjualan yang lemah menghadapi risiko peningkatan dalam refinancing.

Perusahaan properti dengan portofolio hunian di Indonesia yang menunjukkan prospek pemasaran dan penjualan yang kurang baik berisiko menghadapi peningkatan dalam refinancing dalam jangka waktu 12-18 bulan mendatang.

Sebelumnya, kinerja keuangan tahun 2023 dari beberapa perusahaan properti tersebut belum tersedia. Namun, menurut Fitch, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) melaporkan penurunan prapenjualan sebesar 26% secara tahunan pada tahun 2023.

Baca Juga: Fitch Ingatkan Risiko Refinancing untuk Emiten Properti, Begini Prospek Kinerjanya

Penurunan tersebut sebagian besar disebabkan pembatalan penjualan di dua proyek utama, meskipun tren pembatalan ini melambat menjelang akhir tahun 2023.

Selain itu, APLN memiliki obligasi tanpa jaminan senilai US$ 132 juta yang akan jatuh tempo pada 2 Juni 2024.

"Fitch percaya bahwa APLN mungkin mengalami kesulitan dalam memperoleh dana yang cukup untuk melunasi obligasi tersebut sesuai dengan nilai pokoknya," kata Fitch dalam riset yang diterima oleh Kontan pada 28 Februari 2024.

Sementara itu, PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) juga mengalami penurunan prapenjualan sebesar Rp 1,8 triliun pada tahun 2023, yang jauh di bawah target tahun 2023 sebesar Rp 3,2 triliun.

 

"ASRI mungkin menghadapi tantangan pendanaan jika tren ini berlanjut, karena hal ini mungkin mencerminkan penurunan permintaan akan rumah di kota-kota utama ASRI," katanya.

Baca Juga: Tahun Depan, PP Properti (PPRO) Bidik Pertumbuhan Kinerja Sebesar 10%

Meskipun demikian, Fitch memproyeksikan bahwa prospek pemasaran dan penjualan sebagian besar perusahaan pengembang properti di Indonesia akan tetap stabil pada tahun 2024.

Hal ini didukung oleh tingkat suku bunga yang rendah dan permintaan konsumen yang kuat, terutama dengan dukungan dari minat yang berkelanjutan dari bank-bank domestik terhadap pertumbuhan pinjaman hipotek.

Namun, risiko negatif terhadap prospek pemasaran dan penjualan perusahaan properti dapat muncul dari kenaikan suku bunga yang disebabkan oleh inflasi bahan pangan dan kondisi cuaca buruk yang disebabkan oleh El Nino.

"Atau ada langkah-langkah dari beberapa otoritas dalam mengelola volatilitas mata uang sebagai dampak dari peristiwa global," tambahnya.

Reza Priyambada, Konsultan Investasi dari Reliance Sekuritas Indonesia, menganggap bahwa penilaian dari Fitch tidak sepenuhnya tepat. Meskipun rasio aset dan liabilitas APLN masih dalam kisaran wajar, dengan rasio utang terhadap ekuitas (DER) yang tinggi sebesar 136,55%.

Baca Juga: Ini Target Surya Semesta Internusa (SSIA) Tahun Depan

ASRI juga memiliki DER sebesar 109,41%, yang dianggap normal meskipun kinerja pemasaran dan penjualan masih kurang memuaskan.

"Artinya, proses refinancing juga akan mempertimbangkan kemampuan mereka. Jika refinancing dilakukan untuk memberikan ruang bagi pengembangan proyek properti, seharusnya tidak ada masalah," ujarnya kepada Kontan pada Kamis, 29 Februari.

Menurut Reza, prospek perusahaan pengembang properti masih cerah di tahun 2024. Namun, perlu diperhatikan persaingan dengan perusahaan sejenis dalam segmen produk yang sama.

"Ini kembali pada kinerja manajemen dalam mengembangkan proyek-proyek mereka pada tahun 2024," tambahnya.

Reza merekomendasikan untuk tetap memegang saham APLN dan ASRI dengan target harga masing-masing Rp125 per saham dan Rp160 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×