kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.250.000   11.000   0,49%
  • USD/IDR 16.619   22,00   0,13%
  • IDX 8.132   13,83   0,17%
  • KOMPAS100 1.119   0,08   0,01%
  • LQ45 785   -0,47   -0,06%
  • ISSI 287   0,84   0,29%
  • IDX30 412   -0,14   -0,03%
  • IDXHIDIV20 464   -2,84   -0,61%
  • IDX80 123   0,20   0,16%
  • IDXV30 133   -0,34   -0,26%
  • IDXQ30 129   -0,83   -0,64%

Rights Issue Kian Ramai, Emiten Gencar Cari Modal Ekspansi di 2025?


Senin, 06 Oktober 2025 / 09:44 WIB
Rights Issue Kian Ramai, Emiten Gencar Cari Modal Ekspansi di 2025?
ILUSTRASI. IHSG Melemah-Suasana di BRI Danareksa Sekuritas, Jakarta, Selasa (22/7/2025). Sejumlah emiten tengah gencar melakukan penggalangan dana melalui skema penambahan modal dengan rights issue.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sejumlah emiten tengah gencar melakukan penggalangan dana melalui skema penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue. 

Terbaru, PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) akan menerbitkan 2,67 miliar saham baru dalam aksi korporasi tersebut. Mahogany Global Investment Pte Ltd selaku pemegang saham pengendali dipastikan akan menyerap saham baru yang ditawarkan COCO.

Langkah serupa juga ditempuh PT Sinergi Inti Andalan Tbk (INET) yang berencana melepas 12,8 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 250 per saham. 

PT Abadi Kreasi Unggul Nusantara sebagai pengendali akan menyerap seluruh haknya sekaligus menjadi pembeli siaga sisa saham rights issue. 

Baca Juga: Dapat Restu Eksekusi Rights Issue, Begini Rencana Ekspansi Aviana Sinar Abadi (IRSX)

Dari aksi ini, INET diproyeksikan meraup dana sekitar Rp 3,2 triliun yang akan digunakan untuk mempercepat ekspansi jaringan fiber to the home (FTTH).

Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, menilai penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia sejak awal tahun membuka peluang bagi emiten untuk mencari dana dari berbagai sumber, termasuk melalui pasar modal. 

Namun, enggannya perusahaan mengandalkan pembiayaan bank mencerminkan kehati-hatian sekaligus membantah anggapan pemerintah bahwa penurunan bunga otomatis mendorong pertumbuhan kredit.

Rights issue menjadi pilihan karena tidak hanya memberi tambahan modal segar, tetapi juga memperbaiki struktur permodalan. Meski begitu, Indy mengingatkan risiko penyerapan dana yang tidak maksimal sehingga kondisi fundamental emiten tetap harus diperhatikan.

Sementara itu, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus, menyoroti rights issue yang banyak digelar oleh emiten saham lapis kedua. 

Baca Juga: Pemegang Saham Utama WIFI Bakal Serap Sisa Rights Issue

Menurutnya, perusahaan-perusahaan tersebut tengah memasuki fase ekspansi dan membutuhkan tambahan modal. Rights issue dapat menjadi katalis positif, meskipun dampaknya sangat bergantung pada keberhasilan emiten dalam mengeksekusi rencana bisnisnya.

Nico memperkirakan tren rights issue akan berlanjut sepanjang sisa 2025. Kondisi pasar saham yang likuid dan prospektif diyakini mendukung aksi korporasi ini. 

Emiten yang telah menyiapkan ekspansi bisnis untuk 2026 kemungkinan mulai melakukan rights issue pada kuartal IV-2025. Hal ini dinilai sebagai modal awal yang penting untuk keberlanjutan usaha di tahun depan.

Indy pun sependapat bahwa rights issue masih akan ramai pada kuartal IV-2025, khususnya bagi emiten dengan proyek skala besar. Ia menyarankan investor untuk mencermati alokasi penggunaan dana hasil rights issue serta perkembangan fundamental perusahaan ketika ekspansi mulai dijalankan.

Selanjutnya: Hari Ini (6/10/2025), Mantan Dirut Taspen Antonius Kosasih Akan Hadapi Sidang Vonis

Menarik Dibaca: Samsung Z Flip 7 Kenalkan Kamera Utama & Selfie yang Bisa Rekam di Kualitas 4K

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×