kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.239.000   4.000   0,18%
  • USD/IDR 16.580   -32,00   -0,19%
  • IDX 8.118   47,22   0,59%
  • KOMPAS100 1.119   4,03   0,36%
  • LQ45 785   1,90   0,24%
  • ISSI 286   2,08   0,73%
  • IDX30 412   0,93   0,23%
  • IDXHIDIV20 467   0,39   0,08%
  • IDX80 123   0,45   0,36%
  • IDXV30 133   0,76   0,57%
  • IDXQ30 130   0,07   0,05%

Sejumlah Emiten Aktif Menggelar Rights Issue, Begini Pandangan Analis


Minggu, 05 Oktober 2025 / 14:46 WIB
Sejumlah Emiten Aktif Menggelar Rights Issue, Begini Pandangan Analis
ILUSTRASI. Akhir-akhir ini penggalangan dana melalui penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue kembali ramai. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/25/08/2025


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akhir-akhir ini tren penggalangan dana melalui skema penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue kembali ramai digelar oleh sejumlah emiten dengan berbagai tujuan.

Terbaru, ada PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO), emiten produsen kakao dan cokelat yang akan melaksanakan rights issue dengan menerbitkan 2,67 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 100 per saham. Melalui aksi korporasi ini, COCO berpeluang memperoleh dana segar Rp 266,96 miliar.

Dari jumlah tersebut, sekitar Rp 45 miliar akan digunakan COCO untuk belanja modal dengan membeli mesin-mesin di fasilitas produksi midstream perusahaan. Selain itu, dana sebesar Rp 40 miliar akan digunakan COCO untuk belanja modal guna mendukung fasilitas produksi yang sudah ada saat ini. Adapun sisanya akan dipakai untuk modal kerja emiten tersebut.

Mahogany Global Investment Pte Ltd sebagai pengendali COCO telah menyatakan akan menyerap saham baru yang diterbitkan emiten tersebut melalui rights issue.

Baca Juga: Sinergi Inti Andalan Prima (INET) Rights Issue Rp 3,2 Trilliun, Simak Rinciannya

Sebelumnya, PT Sinergi Inti Andalan Tbk (INET) bersiap melaksanakan rights issue yang mana mereka akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 12,8 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 250 per saham.

Pemegang saham pengendali INET, PT Abadi Kreasi Unggul Nusantara, akan menyerap seluruh haknya sekaligus siap menjadi pembeli siaga untuk sisa saham yang tidak diambil investor lain.

Dana hasil rights issue ini diperkirakan mencapai Rp 3,2 triliun yang mana akan digunakan oleh INET untuk mempercepat ekspansi jaringan Fiber to The Home (FTTH) berkecepatan tinggi dengan teknologi Wi-Fi 7.

PT Aviana Sinar Abadi Tbk (IRSX) juga telah mengantongi restu pelaksanaan rights issue dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 25 September 2025 lalu. Lewat aksi korporasi ini, IRSX berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 12,39 miliar saham baru. Dana hasil rights issue akan digunakan perusahaan untuk memperkuat modal kerja dan membiayai ekspansi usaha.

Emiten pengembang properti, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) bakal menggelar rights issue yang ketiga kalinya. Nantinya, PANI akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 1,21 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Dana hasil rights issue tersebut akan digunakan PANI untuk penambahan penyertaan saham pada salah satu entitas anak usaha, yaitu PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK). Selain itu, PANI juga menggunakan dana rights issue untuk penyertaan atas saham baru yang akan dikeluarkan oleh beberapa anak usaha lainnya yaitu PT Cahaya Inti Sentosa, PT Karunia Utama Selaras, dan PT Panorama Eka Tunggal.

Belum lama ini juga, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) berencana menggelar rights issue dengan menerbitkan 124,27 miliar saham baru bernominal Rp 25 per saham. PT Angkasa Pura Indonesia (API) akan berpartisipasi dalam rights issue tersebut dengan cara menyetorkan aset kepada GMFI secara non tunai (inbreng). Alhasil, setelah rights issue dilaksanakan, API akan memiliki sejumlah saham GMFI.

Baca Juga: Intip Rencana Ekspansi Aviana Sinar Abadi (IRSX) Usai Dapat Restu Rights Issue

Investment Analyst Edvisor Provina Visindo Indy Naila menyampaikan, momentum penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) ke level yang lebih rendah membuat peluang pencarian dana dari berbagai sumber menjadi lebih terbuka, tak terkecuali melalui rights issue di pasar modal. Tak heran, banyak emiten yang akhirnya memanfaatkan rights issue untuk memenuhi berbagai kebutuhan, seperti belanja modal.

Selain memperoleh dana segar untuk belanja modal, aksi korporasi berupa rights issue juga dapat berdampak positif terhadap struktur modal emiten yang bersangkutan. “Namun, tetap ada risiko dari penyerapan dana rights issue yang tidak maksimal, sehingga emiten juga perlu mempertimbangkan kondisi fundamentalnya,” ujar dia, Jumat (3/10/2025).

Sementara itu, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus menyoroti fenomena rights issue akhir-akhir ini yang didominasi oleh emiten saham lapis kedua. Menurutnya, hal itu bisa terjadi lantaran emiten-emiten tersebut sedang dalam fase ekspansi dan membutuhkan dukungan pendanaan, termasuk melalui rights issue.

Terlebih lagi, pasar saham Indonesia sedang bergairah seiring performa positif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Animo investor untuk terlibat dalam pelaksanaan rights issue dari emiten tentu berpotensi meningkat.

Aksi korporasi seperti rights issue tentu menjadi katalis positif bagi kelangsungan usaha emiten-emiten yang melaksanakannya. Namun, dampak lebih lanjutnya akan sangat bergantung dari progres ekspansi bisnis emiten yang memanfaatkan dana rights issue tersebut.

Nico memperkirakan tren penggalangan dana melalui rights issue akan terus berlanjut pada sisa 2025. Hal ini didukung oleh kondisi pasar saham yang cukup positif dan memiliki kecukupan likuiditas. Bagi emiten yang sudah memiliki rencana ekspansi bisnis pada 2026, justru berpotensi memanfaatkan rights issue sejak periode kuartal IV-2025.

“Kami perhatikan rights issue ini akan menjadi salah satu bekal emiten untuk menghadapi dan menjalani bisnis pada 2026,” kata dia, Jumat (3/10).

Nico tidak memiliki rekomendasi saham emiten-emiten yang belakangan ini berencana menggelar rights issue. Walau begitu, ia menyarankan investor untuk selalu memperhatikan aspek fundamental dan potensi valuasi jika ingin masuk ke saham emiten yang melaksanakan rights issue. 

“Investor juga perlu menimbang harga pelaksanaan rights issue dari emiten,” imbuh dia.

Di lain pihak, Indy juga memperkirakan tren pelaksanaan rights issue masih akan ramai pada kuartal IV-2025, terutama bagi emiten yang memiliki proyek besar. Bagi investor yang berminat masuk ke saham pelaksana rights issue, Indy menyarankan investor untuk senantiasa memantau penggunaan dana rights issue dan perkembangan kinerja fundamental ketika ekspansi emiten sudah berjalan.

Selanjutnya: Beda Arah Harga Saham dan Komoditas Nikel

Menarik Dibaca: Berapa Modal Buka Salon Kecantikan? Estimasi Rp 67,6 Juta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU

[X]
×