kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Right issue jadi katalis positif, analis rekomendasikan beli saham MEDC


Jumat, 25 September 2020 / 04:30 WIB
Right issue jadi katalis positif, analis rekomendasikan beli saham MEDC


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah terpuruk pada kuartal II-2020, harga minyak mulai membaik belakangan ini. Lantas seperti apa pergerakan harga minyak dunia ke depan dan dampaknya ke kinerja emiten minyak dan gas seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)?

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai harga minyak dunia masih akan bergerak fluktuatif ke depan, bahkan saat ini trennya disebut tengah turun. Dengan demikian, ia menilai prospek untuk MEDC untuk sisa tahun ini masih cenderung kurang bagus. Terlebih kontribusi harga minyak terhadap kinerja MEDC terus mengalami peningkatan belakangan ini.

“Untuk kontribusi harga minyak sebenarnya cukup signifikan terhadap pendapatan MEDC. Bahkan tren kontribusinya terus meningkat, saat itu 2018 kontribusinya sebesar 47%, lalu meningkat menjadi 67% pada 2019. Terakhir pada kuartal I-2020 kontribusinya mencapai sebesar 74% terhadap pendapatan MEDC,” ujar Sukarno kepada Kontan.co.id, Kamis (24/9).

Walau sentimen harga minyak jadi penekan kinerja MEDC, rencana untuk melakukan right issue dinilai bisa jadi katalis positif. Analis Ciptadana Sekuritas Arief Budiman dalam risetnya pada 1 September 2020 menyebut MEDC akan menerbitkan maksimal 7,5 miliar saham dengan harga Rp 250 per saham. MEDC berpotensi akan mengantongi Rp 1,87 triliun dari aksi korporasi ini. 

“Berdasarkan hitungan kami, pada aksi right issue tersebut, theoretical ex-right price (TERP) akan ada di kisaran Rp 461,9 per saham,” tulis Arief.

Baca Juga: Dibayangi volatilitas harga minyak, simak rekomendasi saham Medco Energi (MEDC)

Setali tiga uang, Sukarno juga menilai aksi korporasi tersebut berpotensi menjadi katalis positif untuk kinerja MEDC. Hal ini dikarenakan dananya akan digunakan sebagai modal kerja MEDC maupun anak perusahaannya. 

Selain upaya right issues, Sukarno menyebut dengan keberhasilan MEDC baru-baru ini menemukan cadangan minyak dan gas di Natuna turut menjadi katalis positif. Ke depannya, Sukarno menilai MEDC dapat mempercepat target produksi sebesar satu juta barel. 

“Terbaru MEDC berusaha melakukan efisiensi cost dan MEDC juga akan mempercepat pembayaran utang obligasi yang jatuh tempo 2021. Segala upaya ini positif untuk kinerja MEDC ke depannya,” tambah Sukarno.

Terkait pergerakan harga minyak belakangan ini yang mengalami rebound signifikan dibanding kuartal II-2020 disebut Arief lebih cepat dari perkiraan mereka. Misalnya harga minyak jenis brent yang sudah dua kali lipat dari harga terendahnya menjadi US$ 45 per barel ketika ia menuliskan riset. Padahal proyeksi Ciptadana Sekuritas harga minyak jenis Brent pada 2020 akan ada di level US$ 38 per barel.

“Kami masih percaya ke depan harga minyak masih akan tetap volatil seiring masih adanya dampak virus corona, kenaikan produksi minyak Amerika Serikat, pengaruh kebijakan OPEC, hingga pergerakan dolar AS. Sepanjang Juli - Agustus, harga minyak Brent rata-rata ada di level US$ 40 per barel, kami pun merevisi proyeksi kami untuk harga minyak,” ujar Arief.

Arief menilai, dengan momentum tren positif harga minyak brent yang akan tetap terjaga hingga akhir tahun nanti, ia memproyeksikan harga rata-ratanya pada akhir tahun nanti di level US$ 43 per barel. 

Harga tersebut akan kembali membaik dan berada di level US$ 50 per barel pada akhir tahun 2021. Sementara untuk minyak WTI, Arief memperkirakan akan ada di level US$ 41 per barel pada 2020 dan US$ 49 per barel pada 2021.

Dengan kondisi saat ini, Arief memperkirakan MEDC akan membukukan kerugian sebesar US$ 41 juta pada tahun ini sebelum akhirnya akan membaik dan berbalik jadi laba bersih sebesar US$ 27 juta pada 2021. Sementara dari pendapatan, MEDC akan mengantongi US$ 1,14 miliar pada tahun ini dan US$ 1,38 miliar pada tahun depan

Baca Juga: Akibat pandemi, Medco Energi (MEDC) masih sulit memproyeksikan harga minyak

Perhitungan Arief berdasarkan proyeksi harga ASP minyak yang lebih baik, sedikit penurunan harga ASP gas karena menyesuaikan dengan kebijakan pemerintah untuk mendukung industri, serta menggabungkan basis saham yang lebih tinggi selepas right issue. 

“Ketiga hal ini pada akhirnya menghasilkan target harga yang lebih tinggi dari Rp 680 menjadi Rp 700 per saham. Harga ini mengimplikasikan adanya potensial upside menarik sebesar 27% dari harga saat ini. Dus, kami masih merekomendasikan untuk beli saham MEDC,” pungkas Arief

Sementara Sukarno saat ini merekomendasikan untuk wait and see. Ia menyebut, strateginya bisa tunggu di area 270 – 280 sebagai area best buy. Ia menilai tren penurunan harga MEDC masih akan berlanjut dan sebaiknya tunggu di level tersebut. Jika mencapai level tersebut, Sukarno bilang valuasinya akan menjadi diskon, namun dengan asumsi sudah berada di standar deviasi -1. 

“Karena kondisi valuasi jika dilihat dari EV/EBitda masih di atas rata-rata jadi wajar unttk saat ini turun dulu seiring minim sentimen positif. Dilihat dari PE & PBV band sebenarnya sudah berada di bawah rata-rata lima tahun, tapi saya lebih merekomendasikan jika harga turun ke level 270 dulu dan bisa buyback kembali di level tersebut,” tutup Sukarno.

Selanjutnya: Operasional Sejumlah Proyek Migas Tertunda Beroperasi di Medio 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×