Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Handoyo .
“Kami masih percaya ke depan harga minyak masih akan tetap volatil seiring masih adanya dampak virus corona, kenaikan produksi minyak Amerika Serikat, pengaruh kebijakan OPEC, hingga pergerakan dolar AS. Sepanjang Juli - Agustus, harga minyak Brent rata-rata ada di level US$ 40 per barel, kami pun merevisi proyeksi kami untuk harga minyak,” ujar Arief.
Arief menilai, dengan momentum tren positif harga minyak brent yang akan tetap terjaga hingga akhir tahun nanti, ia memproyeksikan harga rata-ratanya pada akhir tahun nanti di level US$ 43 per barel.
Harga tersebut akan kembali membaik dan berada di level US$ 50 per barel pada akhir tahun 2021. Sementara untuk minyak WTI, Arief memperkirakan akan ada di level US$ 41 per barel pada 2020 dan US$ 49 per barel pada 2021.
Dengan kondisi saat ini, Arief memperkirakan MEDC akan membukukan kerugian sebesar US$ 41 juta pada tahun ini sebelum akhirnya akan membaik dan berbalik jadi laba bersih sebesar US$ 27 juta pada 2021. Sementara dari pendapatan, MEDC akan mengantongi US$ 1,14 miliar pada tahun ini dan US$ 1,38 miliar pada tahun depan
Baca Juga: Akibat pandemi, Medco Energi (MEDC) masih sulit memproyeksikan harga minyak
Perhitungan Arief berdasarkan proyeksi harga ASP minyak yang lebih baik, sedikit penurunan harga ASP gas karena menyesuaikan dengan kebijakan pemerintah untuk mendukung industri, serta menggabungkan basis saham yang lebih tinggi selepas right issue.
“Ketiga hal ini pada akhirnya menghasilkan target harga yang lebih tinggi dari Rp 680 menjadi Rp 700 per saham. Harga ini mengimplikasikan adanya potensial upside menarik sebesar 27% dari harga saat ini. Dus, kami masih merekomendasikan untuk beli saham MEDC,” pungkas Arief
Sementara Sukarno saat ini merekomendasikan untuk wait and see. Ia menyebut, strateginya bisa tunggu di area 270 – 280 sebagai area best buy. Ia menilai tren penurunan harga MEDC masih akan berlanjut dan sebaiknya tunggu di level tersebut. Jika mencapai level tersebut, Sukarno bilang valuasinya akan menjadi diskon, namun dengan asumsi sudah berada di standar deviasi -1.
“Karena kondisi valuasi jika dilihat dari EV/EBitda masih di atas rata-rata jadi wajar unttk saat ini turun dulu seiring minim sentimen positif. Dilihat dari PE & PBV band sebenarnya sudah berada di bawah rata-rata lima tahun, tapi saya lebih merekomendasikan jika harga turun ke level 270 dulu dan bisa buyback kembali di level tersebut,” tutup Sukarno.
Selanjutnya: Operasional Sejumlah Proyek Migas Tertunda Beroperasi di Medio 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News