Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten garmen PT Ricky Putra Globalindo Tbk mematok target pendapatan naik 10%. Target produsen pakaian dalam GT Man ini juga merupakan target yang sama seperti yang dipatok tahun lalu.
Tirta Heru Citra, Direktur PT Ricky Putra Globalindo Tbk mengatakan target konservatif tersebut mengingat kondisi politik di Indonesia. Menurutnya konsumen di daerah-daerah Pilkada diperkirakan akan menahan belanja mereka saat Pilkada. "Akan tetapi ekspor kami tetap berjalan terutama yang eksisting di Jepang," kata Tirta kepada KONTAN, Jumat (9/3).
Meski demikian, tahun lalu perusahaan berhasil melampaui target yang dipatok. Bahkan Tirta mengklaim tahun lalu perseroan mendapat kenaikan pendapatan sebanyak 30%.
Hal ini lagi-lagi karena permintaan ekspor yang tinggi ditambah permintaan domestik yang ikut naik khususnya untuk garmen.
Untuk sementara ini perseroan tidak ada rencana untuk aksi korporasi baru. Hanya saja emiten berkode saham RICY ini menyiapkan alokasi belanja modal sebesar Rp 30 miliar-Rp 40 miliar pada tahun ini. Sumber dananya berasal dari internal perusahaan. "Akan digunakan untuk maintenance mesin-mesin yang bottleneck," tambah Tirta.
Sedangkan untuk harga jual produk, RICY menaikkan harga jual 5% di tahun ini. Tirta mengaku hal ini karena UMR yang tiap tahun naik sehingga perseroan berupaya untuk mengurangi beban lewat menaikan harga.
Perseroan juga telah menjalankan produksi baru pabrik garmen di Tegal, Jawa Tengah. Pabrik yang baru disewa tahun lalu ini punya kapasitas produksi 5000 lusin per bulan. "Saat ini kami masih training karyawan jadi produksinya masih belum full kapasitasnya," tambah Tirta.
Sebagai informasi, emiten berkode dagang RICY punya dua pabrik sebelumnya. Ada di Cicalengka, Bandung dengan memiliki kapasitas produksi mencapai 60.000 bales yarn per tahun dan ada yang berlokasi di Citerup Bogor yang memproduksi 30.000 potong pakaian dalam pria. "Utilisasi saat ini sudah 70% dan akan naik menjelang lebaran nanti," jelas Tirta.
Meski tak ada diversifikasi bisnis baru, perseroan tetap mendapat pesanan untuk pembuatan hang tag dan label dari merk Uniqlo seperti tahun lalu. Perseroan juga mendapat pesanan sama untuk merk Adidas dan Mizuno dalam jumlah kecil. Dari catatan KONTAN terdapat pesanan sebanyak 1 juta pieces per bulan.
Hanya saja bisnis garmen tetap jadi kekuatan perseroan ketimbang produk seperti benang. Menurutnya produk garmen memiliki nilai tambah sehingga harga jual bisa bersaing.
Sedangkan produk seperti benang merupakan produk komoditas yang harga jualnya mengikuti perkembangan harga global. "Orderan benang tetap ada meskipun banyak perusahaan benang banyak yang tutup di Indonesia. Dengan banyaknya yang tutup, otomatis perusahaan yang membutuhkan akan datang ke perusahaan kami yang sudah establish lama," pungkas Tirta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News