Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski ketidakpastian masih tinggi, return pasar obligasi di 2024 diperkirakan tetap menarik.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, saat ini the Fed sudah cenderung dovish, sejalan dengan sinyal pemotongan suku bunga acuan tahun depan. Namun ketidakpastian pada pasar keuangan Indonesia akan tetap ada terutama terkait pemilu 2024.
Ia menilai, hal itu membuat Bank Indonesia (BI) tidak akan buru-buru memotong suku bunga acuan tahun depan. Apalagi masih terdapat risiko inflasi akibat El Nino dan narrowing trade surplus.
"Hal ini akan membuat yield SBN kita akan cenderung terjaga, terutama pada semester pertama 2024 ketika ketidakpastian tersebut berlangsung," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (15/12).
Baca Juga: Return Obligasi di Indonesia Berpotensi Naik di 2024, Ini Pendorongnya
Terlebih lanjutnya, ada indikasi pemerintah akan melakukan issuance bonds yang cukup besar tahun depan. Namun ia menilai SBN punya modal kuat untuk dilirik oleh asing.
Pertama, ekonomi Indonesia diproyeksi banyak institusi internasional akan tetap tumbuh resilient di 2024 ketika banyak negara mengalami perlambatan.
Kedua, inflasi Indonesia, meski ada risiko dari El Nino tapi diproyeksi tetap di dalam sasaran target sehingga dapat menjanjikan real return yang menarik.
"Ketiga, manajemen fiskal Indonesia yang baik sehingga meningkatkan confidence para investor," paparnya.
Ia pun memproyeksikan spread yield SBN 10 tahun dengan US Treasury 10 tahun akan cenderung terjaga. "Kami melihat spread antara SBN dan US Treasury akan cenderung terjaga pada kisaran 2,5bps - 3bps," sambungnya.
Baca Juga: Peluang Dovish The Fed Dorong Aksi Beli di pasar SBN
Baru pada semester II 2024, aliran dana masuk Indonesia cenderung berpeluang meningkat. Ini didasari ruang pemotongan suku bunga acuan global terbuka dan ketidakpastian terkait pemilu 2024 berakhir.
Terbukanya ruang pemotongan suku bunga acuan akan memicu risk on sentimen sehingga akan ada potensi inflow ke portfolio market di emerging market termasuk Indonesia, apalagi outlook Indonesia cenderung lebih baik dari peers.
"Berakhirnya pemilu juga akan menghilangkan aksi wait and see investor sehingga FDI kemungkinan akan dapat menguat lagi," sambungnya.
Josua pun melihat suku bunga acuan the Fed dan BI akan dipangkas pada semester kedua 2024 dengan the Fed akan lebih dulu mulai memangkas. Pihaknya masih melihat ruang pemotongan suku bunga acuan BI pada kuartal terakhir 2024.
Baca Juga: Pendapatan Tetap Mendominasi Reksadana dengan AUM Terbesar per November
"Untuk yield SBN 10 tahun pada tahun ini kami proyeksi akan ada di kisaran 6,6% dan pada 2024 akan turun ke kisaran 6,3% yang berarti terjadi peningkatan harga atau capital gain," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News