Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja obligasi pada semester I 2023 mengungguli kinerja saham. Hal ini terlihat dari Indobex Government Bond Total Return yang mencatatkan angka 6,61% secara year to date (ytd) hingga Juni 2023.
Kemudian, Indobex Corporate Bond Total Return mencatatkan angka sebesar 4,64%. Sementara itu, return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru minus 2,76% sejak awal tahun.
Senior Vice President Head of Retail Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi mengatakan, saat ini, pelaku pasar juga masih cenderung overweight di kelas aset pendapatan tetap. Pasalnya, investor yakin bahwa yield yang tinggi ini merupakan kesempatan terakhir sebelum bank sentral di dunia mengambil kebijakan pivot.
Oleh sebab itu, instrumen investasi yang ia unggulkan adalah pendapatan tetap. Kelas aset pasar uang juga masih menjadi rekomendasi di tengah bunga acuan yang tinggi.
"Untuk kondisi saat ini, sepertinya untuk all type investor lebih baik berinvestasi pada pasar uang atau pasar obligasi terlebih dahulu karena kondisi masih wait and see," tutur Reza saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (3/7).
Baca Juga: Reksadana Pendapatan Tetap Catatkan Imbal Hasil Tertinggi pada Semester I
Reza memprediksi, yield obligasi di akhir tahun dapat berada di level 6,0% hingga 6,02%. Sementara itu, return deposito dan reksadana pasar uang juga diperkirakan masih positif, dengan imbal hasil di kisaran 4,5%-5,5%.
Bernada serupa, Research Analyst PT Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menilai, kinerja instrumen pendapatan tetap memang lebih unggul dibandingkan dengan saham. Hal ini diprediksi akan berlanjut di sisa tahun ini karena ketidakpastian di pasar serta risiko global dari beberapa sumber.
Jadi, untuk reksadana, ia masih memilih reksadana pendapatan tetap dibandingkan reksadana saham. Berdasarkan historis, yield surat berharga negara (SBN) dengan tenor 10 tahun memiliki ruang untuk turun ke 6,18%-6,27% sebelum rebound.
"Meski begitu, masih ada peluang di saham tahun ini dan prospeknya menurut saya lebih baik dibandingkan tahun yang lalu," kata Arjun.
Ia tetap menyarankan investor dengan profil risiko agresif untuk tetapĀ mengalokasikan mayoritas dana tahun ini di saham. IHSG hingga akhir tahun 2023 diprediksi dapat mencapai level 7.200.
Arjun menyarankan investor untuk mewaspadai saham sektor energi. Pasalnya, saham energi kurang prospektif karena outlook underlying komoditasnya masih negatif. Hal ini terjadi akibat ketidakpastian global, tren penurunan harga energi dan komoditas, serta ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed.
Baca Juga: Kinerja Obligasi Lebih Unggul Dibanding Saham, Simak Racikan Portofolio Berikut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News