Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aset kripto mencatatkan return negatif pada akhir semester I 2024. Namun, prospeknya diyakini tetap bullish.
Berdasarkan data Kontan.co.id, Bitcoin mencatatkan return -9,16% secara month on month (MoM) pada Juni 2024. Sementara Ethereum mencetak return -8,88% MoM.
Namun, sejak awal tahun atawa year to date (Ytd), tingkat pengembalian Bitcoin tertinggi kedua, sebesar 40,06% YtD. Adapun Ethereum menjadi pemimpinnya dengan return sebesar 45,66%.
Mengacu pergerakan harga di coinmarketcap, awal semester II ini harganya aset kripto kembali naik. Bitcoin naik 1,95% dalam 24 jam terakhir ke US$ 62.680 per pukul 19.24 WIB dan Ethereum naik 2,30% ke US$ 3.464.
Baca Juga: Perdagangan Perdana ETF Ethereum Mundur, Begini Efeknya Ke Aset Kripto
Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan, harga aset kripto secara keseluruhan mengalami kenaikan minggu ini, terutama setelah pergerakan harga yang lambat selama beberapa minggu terakhir. Menurutnya, harga Bitcoin dan Ethereum menunjukkan momentum positif.
Pasar kripto mengantisipasi minggu yang penting dengan peristiwa seperti penundaan ETF Ethereum spot, peluncuran peraturan MiCA UE, dan rilis risalah pertemuan Federal Reserve bulan Juni. Data ketenagakerjaan AS dan angka defisit perdagangan juga menjadi perhatian.
"Perkembangan ini dapat mempengaruhi sentimen investor dan dinamika pasar, menyoroti pentingnya pengambilan keputusan yang tepat dalam ruang kripto yang bergejolak," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (1/7).
Selain itu, aktivitas paus kripto, seperti Abraxas Capital yang menarik 60.000 ETH dari Bitfinex, memainkan peran signifikan dalam mendorong kenaikan harga. Aktivitas paus ini membantu mendorong harga Ethereum menuju US$ 3.500.
Baca Juga: Harga Aset Kripto Sideways, ETH Bisa Dilirik Menjelang Peluncuran ETF
Kegembiraan meningkat untuk ETF Ethereum spot yang akan datang, meskipun ada penundaan dari SEC. ETF Ethereum diperkirakan akan mendorong harganya menuju level US$ 4.000.
"Biaya modal yang lebih rendah dan likuiditas yang lebih tinggi biasanya mendukung aset dengan pertumbuhan tinggi seperti Bitcoin," sebutnya.
Adapun penundaan perdagangan perdana ETF Ethereum karena SEC telah mengajukan gugatan terhadap ConsenSys, penyedia perangkat lunak Ethereum, menuduh layanan dompet MetaMask bertindak sebagai broker tidak terdaftar dengan memfasilitasi penjualan sekuritas. Selain itu, SEC menargetkan layanan staking Ethereum Lido dan Rocket Pool, dengan menuduh token mereka stETH dan rETH adalah sekuritas yang tidak terdaftar.
Dari makro, survei Bloomberg terhadap para ekonom mengungkapkan bahwa sebagian besar memperkirakan ukuran inflasi pilihan The Fed akan turun ke tingkat tahunan sebesar 2,6% pada bulan lalu, turun dari 2,8%. Angka ini merupakan yang terendah sejak Maret 2021, meskipun masih melebihi target inflasi bank sentral sebesar 2%.
Baca Juga: Kebijakan Parlemen Hong Kong Terkait Web3 & Kripto Diharapkan Menular ke Indonesia
Perlambatan inflasi dapat memungkinkan Fed memangkas suku bunga pada tahun 2024. Pedagang obligasi melihat kemungkinan sebesar 57,9% bahwa Fed akan memangkas suku bunga acuan pinjaman sebesar 25bps pada bulan September, dibandingkan dengan 41,7% pada bulan yang lalu.
"Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk memiliki aset-aset yang aman seperti obligasi AS, yang biasanya meningkatkan selera investor terhadap aset berisiko seperti kripto dan saham, membantu reli Bitcoin hari ini," paparnya.
Sentimen lainnya, peraturan MiCA Uni Eropa yang baru kini berlaku, menawarkan pedoman hukum dan peraturan yang jelas untuk pasar aset digital. Dirancang untuk mengurangi siklus naik-turun dalam kripto, MiCA mewajibkan kepatuhan terhadap peraturan uang elektronik untuk stablecoin.
Langkah tersebut bertujuan untuk memperkuat perlindungan konsumen dan membuka jalan bagi legislasi kripto global. "Indeks Ketakutan dan Keserakahan Kripto yang menunjukkan pergeseran dari 47 ke 53 juga mencerminkan peningkatan sentimen positif di pasar," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News