Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli
TOWR dipandang long term menariknya, itu valuasinya relatif lebih mahal dari operator. Tapi ya kalau investor masuk situ untuk longterm, cashflow mereka akan baik untuk 10 tahun ke depan," jelas Wawan.
Di sektor consumer goods Wawan menjagokan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).
Di sektor terkait, Wawan juga menjagokan saham-saham ritel yang menyediakan kebutuhan pokok seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) yang kinerjanya menunjukkan peningkatan.
"Jadi ya kalau masa resesi terus ya berarti cenderung ke produsen FMCG atau retail yang jual barangnya bukan pakaian," jelas dia.
Baca Juga: Tersengat Perkara, Tantangan Grup MNC di Tahun Pandemi Makin Berat
Di sektor kesehatan Wawan menjagokan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA). Sementara di perbankan dia menyarankan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Saham perbankan dinilai menjadi yang paling cepat pulih ketika ekonomi juga kembali pulih.
"Tugas bank saat ini adalah bertahan sampai ekonomi pulih. Kalau ekonomi pulih transaksi masyarakat akan meningkat dan kebutuhan pendanaan meningkat, bank akan mengalami kenaikan pendapatan baik dari NIM ataupun free based income," imbuhnya.
Wawan menilai rekomendasi sahamnya tersebut masih memiliki valuasi yang murah kecuali MIKA, TOWR dan TBIG.
Adapun di tengah ancaman resesi ini Wawan menyarankan investor untuk menaruh dananya atau asetnya sekitar 20% dari total. Sedangkan sebanyak 50% disarankan untuk masuk dalam obligasi negara dan 30% masuk dalam aset lancar seperti deposito atau reksadana pasar uang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News