Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2020 mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 5,32% secara tahunan (yoy) tertimpa pandemi Covid-19.
Namun secara kumulatif di semester I-2020 pertumbuhan ekonomi terkontraksi 1,26% yoy mengingat di kuartal I-2020 ekonomi masih tumbuh 2,97% yoy.
Kini ekonomi Indonesia tengah dalam ancaman resesi, hanya tinggal menunggu data pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2020. Dus investor tetap perlu mengikuti perkembangan kondisi dalam negeri.
Baca Juga: IHSG naik 1% ke 5.178 di akhir perdagangan Kamis (6/8), saham ANTM dan UNTR melesat
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, di tengah ancaman tersebut investor sebaiknya tetap fokus pada emiten yang masih dapat beroperasi dan menghasilkan pendapatan. "Saham dinilai dari ekspektasi kinerja di masa yang akan datang," jelas Wawan, Kamis (6/8).
Wawan masih berharap ada peningkatan ekonomi di kuartal III-2020 karena aktivitas bisnis mulai berjalan meski dibarengi dengan peningkatan kurva penderita Covid-19. Kinerja perusahaan pun diharapkan lebih baik dari pada kuartal III-2020.
Dari segi sektor, Wawan memilih telekomunikasi baik operator maupun infrastrukturnya, consumer goods, rumah sakit dan perbankan buku IV.
Di sektor telekomunikasi Wawan melihat PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) masih cukup menarik dengan valuasi yang murah serta kinerja perusahaan yang masih tumbuh.
Baca Juga: Wall Street bergerak tipis menunggu kelanjutan pembicaraan stimulus
Emiten operator telekomunikasi lainnya yang juga menunjukkan perbaikan kinerja adalah PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL). Infrastuktur pendukungnya juga disarankan yaitu PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).
TOWR dipandang long term menariknya, itu valuasinya relatif lebih mahal dari operator. Tapi ya kalau investor masuk situ untuk longterm, cashflow mereka akan baik untuk 10 tahun ke depan," jelas Wawan.
Di sektor consumer goods Wawan menjagokan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).
Di sektor terkait, Wawan juga menjagokan saham-saham ritel yang menyediakan kebutuhan pokok seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) yang kinerjanya menunjukkan peningkatan.
"Jadi ya kalau masa resesi terus ya berarti cenderung ke produsen FMCG atau retail yang jual barangnya bukan pakaian," jelas dia.
Baca Juga: Tersengat Perkara, Tantangan Grup MNC di Tahun Pandemi Makin Berat
Di sektor kesehatan Wawan menjagokan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA). Sementara di perbankan dia menyarankan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Saham perbankan dinilai menjadi yang paling cepat pulih ketika ekonomi juga kembali pulih.
"Tugas bank saat ini adalah bertahan sampai ekonomi pulih. Kalau ekonomi pulih transaksi masyarakat akan meningkat dan kebutuhan pendanaan meningkat, bank akan mengalami kenaikan pendapatan baik dari NIM ataupun free based income," imbuhnya.
Wawan menilai rekomendasi sahamnya tersebut masih memiliki valuasi yang murah kecuali MIKA, TOWR dan TBIG.
Adapun di tengah ancaman resesi ini Wawan menyarankan investor untuk menaruh dananya atau asetnya sekitar 20% dari total. Sedangkan sebanyak 50% disarankan untuk masuk dalam obligasi negara dan 30% masuk dalam aset lancar seperti deposito atau reksadana pasar uang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News