Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah volatilitas pasar yang sedang tinggi nilai transaksi harian ikut melesat. Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) pun telah melampaui target yang dipatok Bursa Efek Indonesia (BEI).
Nilai transaksi pada perdagangan Kamis (25/9/2025) mencapai Rp 26,16 triliun. Sejak awal tahun, rerata nilai transaksi harian mencapai Rp 15,33 triliun atau setara dengan US$ 935 juta.
Secara akumulasi nilai transaksi atas saham saja mencapai Rp 2.607,35 triliun secara year to date. Di periode yang sama, nilai transaksi atas seluruh efek tembus Rp 2.661,11 triliun.
Baca Juga: BEI Targetkan Nilai Transaksi Naik 11,5% Setelah Ada Liquidity Provider Saham
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Efek Indonesia Irvan Susandy mencermati ada beberapa hal yang mendorong kenaikan transaksi harian dalam beberapa waktu terakhir.
Pertama, tren penurunan inflasi dan suku bunga global termasuk Indonesia. Kedua, arus modal asing yang mulai memasuki pasar modal Indonesia setelah asing membukukan net sell secara signifikan.
“Adanya beberapa kebijakan pemerintah yang memberikan sentimen positif dan meningkatkan jumlah emiten dan investor turut meningkatkan nilai transaksi,” jelasnya kepada Kontan, Kamis (25/9/2025).
Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Fath Aliansyah menambahkan, kenaikan transaksi juga disokong Transaksi yang cenderung membaik didorong oleh saham konglomerasi dan saham keping biru.
“Meskipun untuk saham perbankan cenderung mendapatkan tekanan jual dari investor dan saham lapis dua dan tiga yang memiliki potensi aksi korporasi,” ucap dia.
Memang kalau dicermati saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi saham dengan nilai transaksi terbanyak sepanjang tahun ini. Berdasarkan data RTI per Kamis (25/9/2025), nilai transaksi BBCA mencapai Rp 186,51 triliun.
Kemudian ada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai transaksi mencapai Rp 159,9 triliun sepanjang tahun berjalan ini. Lalu ada saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan nilai Rp 156,1 triliun.
Baca Juga: Aturan Pajak Merger dan Akuisisi akan Direvisi, BEI: Nilai Transaksi Bisa Meningkat
Namun dari sisi kinerja pergerakan sahamnya ketiga bank itu masih terkoreksi. Sepanjang 2025 berjalan ini, saham BBCA sudah minus 20,41%, BBRI terkoreksi 0,49% dan BMRI anjlok 23,33%.
Head of Research KGI Sekuritas Rovandi menuturkan sebenarnya saham perbankan belum tergantikan dengan saham perbankan. Menurutnya, pertumbuhan kinerja perbankan terjaga dan sudah teruji.
“Perbankan perbankan itu stabil dan sudah teruji sejak lama, sedangkan konglomerasi selama ini belum teruji selalu datang dan pergi sejak jaman saham di pegang konglomerasi Bakrie,” kata Rovandi.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menambahkan dengan nilai transaksi yang tinggi, ini membuktikan bahwa saham perbankan masih punya daya tarik sendiri.
Dia bilang memang pergerakan saham perbankan di 2025 jauh lebih terbatas karena terjadi rotasi sektor. Untuk itu, NIco menilai bisa saja nilai transaksi yang tinggi itu karena ada pengalihan dana.
“Ini bisa juga rotasi sektor dari pelaku pasar dan investor yang mungkin sebelumnya memang memiliki saham perbankan dengan nilai yang besar dibandingkan sektor lainnya,” kata Nico.
Selain itu, lanjut Nico, pelaku pasar dan investor biasanya akan bermain di saham saham yang memang memiliki sentimen terhadap saham tersebut, sehingga membuat nilai transaksi menjadi lebih tinggi.
Selanjutnya: Panin AM Akan Rilis Dua Produk Reksadana Baru pada Oktober 2025
Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Karier & Keuangan Besok Jumat 26 September 2025, Banyak Tantangan!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News