kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rencana IPO perusahaan teknologi berpotensi mendorong kinerja pasar saham Indonesia


Kamis, 17 Juni 2021 / 10:15 WIB
Rencana IPO perusahaan teknologi berpotensi mendorong kinerja pasar saham Indonesia


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan teknologi Indonesia tengah berencana untuk melakukan penawaran umum saham perdana atau IPO. Tiga perusahaan teknologi rintisan berstatus unicorn dan decacorn dikabarkan akan masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun ini, yakni entitas gabungan Gojek dan Tokopedia (GoTo), Bukalapak, dan Traveloka.

Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan menyambut positif rencana IPO perusahaan berbasis teknologi tersebut. Menurutnya, rencana itu dapat menjadi katalis positif untuk menarik minat investor, baik asing maupun domestik, kembali masuk ke pasar saham Indonesia.

"Dengan potensi ekonomi digital yang besar di Indonesia, saham perusahaan teknologi Indonesia akan mendapat perhatian dari investor secara global, terutama setelah porsi investor asing menurun beberapa tahun ini," ujar Katarina dalam keterangan tertulis, Rabu (16/6)

Baca Juga: Bakal IPO pertengahan Agustus, Bukalapak targetkan dana jumbo Rp 11,2 triliun

Menurut Katarina, adanya IPO perusahaan teknologi tersebut, akan berpotensi membuat aliran dana asing kembali masuk ke pasar saham Indonesia dan berdampak positif pada kinerja IHSG. Selain itu, tak hanya memberi dampak pada pasar saham, namun juga akan membuat potensi adanya portofolio flow yang dapat berdampak positif bagi neraca pembayaran Indonesia ke depannya.

Lebih lanjut, Katarina menjelaskan, eskposur sektor teknologi pada pasar saham Indonesia masih sangat rendah. Hal ini berbeda dengan ekonomi riil Indonesia di mana perusahaan teknologi justru telah berkembang. Salah satu penyebabnya adalah belum banyak perusahaan teknologi besar yang melakukan IPO di pasar Indonesia.

Ia mencontohkan, saat ini, bobot sektor teknologi dalam IHSG hanya sekitar 0,8%. Bobot tersebut jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan yang ada di pasar Amerika Serikat, di mana bobot sektor teknologi mencapai 27 persen dalam indeks S&P 500, atau mencapai 18 persen dalam indeks MSCI Asia Pacific.

Menurutnya, hal tersebut pada akhirnya yang menjadi salah satu faktor mengapa kinerja pasar saham Indonesia tertinggal atau underperform dibanding pasar saham regional dalam beberapa tahun ke belakang. 

Baca Juga: Bundamedik, Induk usaha Diagnos Laboratorium (DGNS) bersiap melantai di BEI

“Minat investor global itu sangat tinggi terhadap sektor teknologi. Sehingga aliran dana investor ke Asia justru mengalir ke pasar saham negara-negara yang memiliki eksposur tinggi di sektor teknologi seperti China, Taiwan, dan Korea Selatan," ujar Katarina.

Namun, ia optimistis Indonesia ke depan punya potensi yang besar pada sektor teknologi yang digadang-gadang sebagai new economy.




TERBARU

[X]
×