Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat pasar modal dan keuangan cenderung bergerjolak, banyak manajer investasi (MI) meluncurkan reksadana terproteksi.
Berdasarkan data Infovesta Utama, di Mei 2018 ada 36 produk reksadana baru di luar jenis penyertaan terbatas yang diterbitkan MI hingga 25 Meri 2018. Produk yang paling banyak dirilis adalah reksadana terproteksi dengan jumlah 29 produk reksadana.
Rinciannya, PT Bahana TCW Investment Management menjadi MI dengan produk reksadana terproteksi baru terbanyak selama Mei 2018. Jumlahnya ada lima produk. Selanjutnya, produk reksadana terproteksi juga banyak datang dari PT Batavia Prosperindo Aset Manajement dan PT Insight Investments Management yang masing-masing menerbitkan tiga reksadana terproteksi baru.
Sementara, tujuh produk reksadana baru lainnya berasal dari dua reksadana campuran, dua reksadana Exchange Traded Fund, satu reksadana indeks, satu reksadana saham dan satu reksadana pendapatan tetap.
"Kondisi pasar yang cenderung bergejolak selama beberapa bulan terakhir tampaknya tidak menyurutkan niat MI untuk merilis produk reksadana anyar," kata Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana, Senin (28/5).
Di satu sisi, reksadana terproteksi jadi produk reksadana yang terbanyak di keluarkan para MI karena selain jenis reksadana tersebut yang sudah populer, reksadana jenis ini juga jadi menarik karena menawarkan imbal hasil yang pasti ditengah volatilitas pasar saham dan obligasi yang tinggi.
"Saat ini investor jadi lebih tertarik ke reksadana terproteksi karena sepanjang tidak terjadi gagal bayar, target imbal hasil pasti tercapai," kata Wawan.
Manajer investasi juga akan terus menawarkan reksadana terproteksi karena reksadana ini memiliki jatuh tempo. Saat jatuh tempo habis maka MI akan mengeluarkan produk reksadana terproteksi baru.
Reksadana terproteksi memiliki aset dasar surat utang medium term notes (MTN) atau obligasi korporasi.
Wawan memproyeksikan imbal hasil yang bisa diberikan surat utang di tahun ini masih cukup menarik karena bisa berkinerja diatas imbal hasil deposito. Rata-rata reksadana terproteksi kini menawarkan imbal hasil di 7%-9%. Imbal hasil tersebut lebih menarik dari imbal hasil deposito yang sebesar 4%-5%.
Wawan menyarankan sebelum memutuskan untuk membeli reksadana terproteksi investor harus mencari tau lebih dalam isi aset dasar reksadana tersebut, terlebih pada reksadana terproteksi yang memegang MTN.
Keunggulan reksadana terproteksi yang memegang aset dasar berupa MTN adalah menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi daripada aset dasar berupa obligasi korporasi. Namun, imbal hasil tinggi tersebut juga beriringan dengan risiko yang lebih tinggi.
"Saat ini lebih menarik reksadana terproteksi yang memegang aset dasar obligasi korporasi karena memiliki risiko yang lebih rendah dari pada MTN," kata Wawan.
Bila investor mampu mengatasi risiko yang lebih tinggi dan mengharapkan imbal hasil yang juga lebih tinggi bisa memilih reksadana terproteksi dengan aset dasar MTN. "Investor harus lebih berhati-hati terutama kalau MTN dengan memiliki risiko yang lebih tinggi maka harus cari tau lebih dalam siapa perusahaan dan track record perusahaan yang menerbitkan MTN tersebut," kata Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News