kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Reksadana Offshore Terdampak Kenaikan Suku Bunga dan Inflasi Tinggi


Kamis, 03 November 2022 / 20:52 WIB
Reksadana Offshore Terdampak Kenaikan Suku Bunga dan Inflasi Tinggi
ILUSTRASI. Federal Reserve kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis points (Bps) menjadi di kisaran 3,75%-4%.


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Federal Reserve kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis points (Bps) menjadi di kisaran 3,75%-4% pada Rabu (2/11). Reksadana offshore berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi ikut terdampak. 

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan kinerja reksadana offshore jauh lebih parah dibandingkan di dalam negeri karena kondisi perekonomian lebih buruk.

Reksadana ini dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga dan inflasi yang tinggi di AS, ditambah dengan kenaikan harga energi yang mempengaruhi perekonomian. Wawan mengatakan jika dilihat secara rata-rata, reksadana offshore turun lebih dari 20% sejak awal tahun. 

"Hingga akhir tahun reksadana offshore akan terus mengalami pergerakan negatif, Namun ketika The Fed sudah tidak seagresif sekarang reksadana offshore akan bergerak positif,"jelasnya

Baca Juga: Kinerja Emiten Properti Mendaki, Saham Pilihan Berikut ini Bisa Dicermati

Tapi, tren inflasi tinggi di Eropa dan AS masih akan menjadi penghambat kinerja reksadana offshore. Kinerja reksadana offshore masih dipengaruhi oleh kondisi geopolitik antara Rusia dan Ukraina serta perang dagang antara Amerika dan China yang semakin meruncing. 

Saham-saham di AS dan China banyak yang terkoreksi akibat inflasi. Namun, Wawan mengatakan jika memang kebutuhan investor terhadap dolar tinggi, Investasi reksadana offshore masih berpotensi menarik. Investor dapat masuk untuk jangka waktu di atas 5 tahun dan masuk secara bertahap. 

"Tahun depan berharap bisa lebih baik, kalau pun bergerak negatif semoga tidak sedalam dari sekarang karena gelombang kenaikan suku bunga tidak setinggi tahun ini," tutur Wawan. 

Kinerja reksadana offshore akan dipengaruh oleh angka inflasi termasuk harga energi dan pangan, sanksi terhadap Rusia, perang dagang AS dan China, serta zero covid policy yang menyebabkan adanya lockdown sehingga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negatif di China. 

Baca Juga: Mandiri Manajemen Investasi Mengelola Reksadana untuk Proyek Energi Terbarukan

Sedangkan, katalis positif berasal dari kenaikan suku bunga yang lebih rendah dari laju sekarang, adanya perdamaian antara Rusia-Ukraina sehingga harga energi turun dan dari pergerakan nilai tukar dolar AS. 

Sementara, Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen Eri Kusnadi mengatakan reksadana berbasis efek luar negeri yang dimiliki Batavia selama bulan Oktober membukukan kinerja positif seiring dengan rebound nya pasar saham global setelah tertekan sejak pertengahan September. 

"Apabila dibandingkan dengan bulan September memang masih lebih rendah karena pasar saham global mengalami tekanan cukup kuat sejak pertengahan Agustus 2022," ujar Eri kepada Kontan.co.id, Kamis (3/11). 

Baca Juga: Kinerja Reksadana Saham Paling Moncer Sepanjang Oktober 2022

Hingga akhir Oktober, dana kelolaan produk berbasis efek luar negeri Batavia berada di kisaran setara Rp 1,4 triliun. Eri menyebut, Batavia berupaya memilih perusahaan yang memiliki fundamental dan pertumbuhan yang baik sebagai aset dasar. 

"Di kondisi makro yang tertekan memang sulit untuk melawan arus, pasar masih akan cenderung fluktuatif. sehingga fokus kami kepada pemilihan perusahaan yang berkualitas," ujar Eri

Namun, Eri berharap reksa dana berbasis efek luar negeri masih bisa mencatatkan pertumbuhan pada dana kelolaan dibandingkan data yang sudah ada saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×