kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Reksadana fixed income diramal bakal kembali jadi jawara tahun ini, ini pendorongnya


Kamis, 09 Januari 2020 / 20:49 WIB
Reksadana fixed income diramal bakal kembali jadi jawara tahun ini, ini pendorongnya
ILUSTRASI. Ilustrasi foto Reksadana. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/15/09/2019


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Infovesta Utama mencatat total aset under management (AUM) atau total dana kelolaan reksadana per Desember 2019 sebanyak Rp 532,13 triliun. Di mana secara volume, reksadana terproteksi jadi produk dengan total dana kelolaan terbesar yakni Rp 141,16 triliun. 

Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, secara month to month (mtm) total AUM Desember 2019 turun tipis 0,46% dari catatan November yakni Rp 534,57 triliun. 

"Penurunan karena ada redemption dari reksadana terproteksi dan wajar karena jatuh tempo dan belum digantikan dengan produk baru. Ditambah lagi kinerja reksadana pasar uang juga ikut turun karakternya yang sangat likuid sehingga wajar mengalami penurunan," kata Wawan kepada Kontan.co.id, Kamis (9/10).

Baca Juga: Jumlah investor meningkat, APRDI optimistis AUM reksadana tumbuh 15%-20% tahun ini

Sementara untuk reksadana saham di akhir tahun sukses mencatatkan kenaikan 0,98% (mtm) menjadi Rp 136,57 triliun, ditopang aksi window dressing jelang penutupan 2019. Sebagian besar kenaikan ditopang oleh saham-saham berkapitalisasi besar yang naik signifikan. 

Sedangkan secara year on year (yoy) naik 9,2% dari catatan per Desember 2018 yakni Rp 483,42 triliun. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh kinerja reksadana berbasis obligasi, khususnya untuk produk reksadana terproteksi, reksadana pendapatan tetap dan pasar uang. 

Wawan mengungkapkan, sepanjang 2019 rata-rata return yang dibagikan reksadana pendapatan tetap yakni 10%, disusul dengan pasar uang 4,5%, dan reksadana campuran 3%. Sedangkan untuk reksadana saham sepanjang 2019 mencatatkan penurunan return rata-rata 9%. 

Positifnya kinerja reksadana berbasis obligasi tersebut, didukung tren suku bunga acuan rendah, di mana Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunganya hingga di level 5% akhir 2019. Alhasil investor cenderung melirik reksadana pendapatan tetap, terproteksi dan juga pasar uang.

Untuk 2020, Wawan menilai prospek industri reksadana akan lebih positif. Di mana produk berbasis fixed income masih jadi pilihan utama investor. 

Alasannya, selain yield yang ditawarkan masih tinggi, pasar melihat masih ada peluang bagi BI untuk memangkas suku bunga acuannya dua kali lagi di 2020. 

"Tahun ini primadona masih reksadana terproteksi, sedangkan untuk saham masih volatile menunggu hasil pilpres Presiden AS Donald Trump," jelas Wawan.

Prediksinya, tahun ini reksadana pendapatan tetap berpotensi memberikan return antara 7%-7,5%, disusul pasar uang 4% karena penurunan suku bunga yang tidak lagi masif di tahun ini. 

Baca Juga: Lesu di 2019, reksadana saham berpeluang bangkit tahun ini

Selanjutnya untuk saham, diasumsikan bisa memberikan return hingga 9% dengan IHSG berada di level 6.800, sedangkan asumsi pesimis diperkirakan IHSG stagnan dan berkinerja moderat dari 2019. 

Meskipun begitu, Wawan memiliki pandangan positif dari konflik AS dan Iran terhadap kinerja reksadana saham di 2020. Pasalnya, jika konflik kian memanas mampu mendorong harga minyak meningkat, saat itu terjadi harga batubara akan ikut terdongkrak dan berimbas positif bagi emiten-emiten di Tanah Air. 

"Kalau itu kejadian, ada potensi kinerja reksadana saham menyalip reksadana pendapatan tetap di 2020. Ditambah lagi, inflasi dalam negeri masih terjaga di kisaran 3% dan pertumbuhan ekonomi di level 5%," tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×