Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
Alasannya, selain yield yang ditawarkan masih tinggi, pasar melihat masih ada peluang bagi BI untuk memangkas suku bunga acuannya dua kali lagi di 2020.
"Tahun ini primadona masih reksadana terproteksi, sedangkan untuk saham masih volatile menunggu hasil pilpres Presiden AS Donald Trump," jelas Wawan.
Prediksinya, tahun ini reksadana pendapatan tetap berpotensi memberikan return antara 7%-7,5%, disusul pasar uang 4% karena penurunan suku bunga yang tidak lagi masif di tahun ini.
Baca Juga: Lesu di 2019, reksadana saham berpeluang bangkit tahun ini
Selanjutnya untuk saham, diasumsikan bisa memberikan return hingga 9% dengan IHSG berada di level 6.800, sedangkan asumsi pesimis diperkirakan IHSG stagnan dan berkinerja moderat dari 2019.
Meskipun begitu, Wawan memiliki pandangan positif dari konflik AS dan Iran terhadap kinerja reksadana saham di 2020. Pasalnya, jika konflik kian memanas mampu mendorong harga minyak meningkat, saat itu terjadi harga batubara akan ikut terdongkrak dan berimbas positif bagi emiten-emiten di Tanah Air.
"Kalau itu kejadian, ada potensi kinerja reksadana saham menyalip reksadana pendapatan tetap di 2020. Ditambah lagi, inflasi dalam negeri masih terjaga di kisaran 3% dan pertumbuhan ekonomi di level 5%," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News