Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Laju emiten sektor otomotif terhambat oleh kondisi suku bunga tinggi. Di samping itu, berbagai faktor memengaruhi lesunya penjualan perusahaan sektor ini di awal tahun 2024.
Investment Consultant PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk, Reza Priyambada mengatakan, kenaikan suku bunga tentunya berimbas negatif bagi industri otomotif karena suku bunga kredit biasanya akan naik. Perbankan biasanya akan melakukan adjustment atau penyesuaian terhadap suku bunganya.
Nah, dengan naiknya suku bunga kredit maka akan berimbas pada permintaan akan kredit. Bisa kita lihat bahwa sebagian besar kendaraan yang dibeli oleh masyarakat banyak melalui kredit.
“Sehingga, kalau suku bunga kredit naik maka penjualan kendaraan pun dikhawatirkan akan tertahan,” kata Reza kepada Kontan.co.id, Minggu (12/5).
Baca Juga: Penjualan Mobil Listrik Mencapai 7.745 Unit Hingga April 2024
Reza bilang, dealer pun akan membebankan biaya penjualan dan kredit ke konsumen. Dengan demikian, konsumen yang ingin membeli mobil baru begitu tahu harga lebih mahal, apalagi cicilannya lebih tinggi tentu akan berpikir ulang untuk ambil kredit.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Richard Jerry menyebutkan bahwa penjualan eceran industri otomotif segmen roda empat (4W) lemah di kuartal I-2024 yakni hanya mencapai 215 ribu unit. Sisi positifnya, penjualan segmen roda dua (2W) lebih stabil di angka 1,7 juta unit pada kuartal I-2024.
Namun, mengingat adanya risiko daya beli segmen menengah ke bawah, penyaluran kredit yang lebih ketat dari perusahaan pembiayaan, apabila terus berlanjut dapat menyebabkan melemahnya penjualan 2W pada 2024 dan seterusnya.
“Di tengah ketidakpastian prospek suku bunga, kami sekarang melihat risiko penjualan tetap lemah di semester kedua 2024,” ujar Richard dalam riset 24 April 2024.
Baca Juga: Siapkan Capex Rp 300 Miliar, DRMA Genjot Penjualan Komponen Otomotif
Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, turut menilai bahwa saham emiten otomotif tengah dihadang suku bunga tinggi yang diterapkan bank sentral. Di samping itu, faktor risiko keamanan global yang tengah meningkat turut memengaruhi minat pembelian kendaraan.
“Jadi memang wajar saja faktor tersebut memengaruhi pergerakan saham otomotif,” ujar Nafan kepada Kontan.co.id, Minggu (12/5).
Nafan menilai, penurunan penjualan 4W tersebut juga diiringi oleh pergeseran tren masyarakat dari mobil konvensional menjadi mobil listrik khususnya di tanah air. Sehingga, kendaraan roda 4 ataupun roda dua (2W) yang belum memanfaatkan teknologi listrik penjualannya semakin sedikit.
Di tengah penjualan 4W yang mengecewakan, Battery Electeric Vehicle (BEV) & Hybrid Electriv Vehicle (HEV) tetap menjadi pilihan terbaik. Penjualan BEV meningkat 230% YoY menjadi 5.919 unit di kuartal I-2024 dari 1.796 unit di kuartal I-2023, atau sekitar 2,75% dari total penjualan mobil di triwulan pertama 2024.
Sementara, penjualan mobil HEV mengalami peningkatan sebesar 106% YoY mencapai 13.237 unit di kuartal I-2024, naik dari 6.415 unit pada periode yang sama tahun 2023, atau sebesar 6,15% dari total penjualan mobil.
Baca Juga: Banyak Pilihan, Mobil Listrik Kian Jadi Incaran
Adapun secara kumulatif, total volume grosir mobil di pasar domestik dari Januari hingga Maret 2024 berjumlah 215.069 unit turun -23,9% YoY dalam periode yang sama. Jumlah ini terutama disebabkan oleh lemahnya penjualan Januari dan Februari akibat faktor potensial dengan lemahnya angka otomotif di kuartal I-2024.
Penjualan segmen roda dua (2W) juga mengalami kesulitan. Pada kuartal pertama 2024, penjualan 2W mencapai 1,74 juta unit terjual yang lebih rendah -4,9% YoY.
Mirae Asset Sekuritas memandang bahwa satu dari sekian sentimen yang memengaruhi turunnya penjualan mobil di awal tahun ini adalah Pemilihan Presiden (Pilpres). Suasana pemilu biasanya memengaruhi pola pembelian setiap tahunnya, memengaruhi perilaku konsumen khususnya dalam membeli kendaraan baru.
Selain itu, faktor eksternal lainnya seperti kenaikan suku bunga juga menyebabkan semakin ketat proses permohonan kredit. Serta, masalah geopolitik global juga memainkan peran penting yang berefek bagi keputusan pembelian mobil.
Baca Juga: Bunga Naik, Target Pembiayaan Kendaraan Jalan Terus
Adapun berikut rekomendasi saham sektor otomotif dari beberapa analis. Simak ulasannya.
1. PT Astra International Tbk (ASII)
ASII memiliki hasil yang baik pada kuartal I-2024 dan dividen yang akan datang adalah peluang taktis untuk saham ASII. Namun, kami melihat tantangan permintaan otomotif masih akan bertahan dalam beberapa bulan mendatang, dan ketidakpastian pada arah suku bunga menimbulkan risiko tambahan.
- Rekomendasi: Hold
- Target harga: Rp 5.250
Analis Maybank Sekuritas Paulina Margareta dalam riset 1 Mei 2024
2. PT Astra Otoparts Tbk (AUTO)
Kami mempertahankan rekomendasi Beli dengan target harga lebih rendah pada AUTO mengingat koreksi harga saham seiring lemahnya penjualan segmen 4W di kuartal I-2024. AUTO membukukan topline yang lebih rendah di triwulan pertama sebesar 7,6% yoy terutama karena lebih rendahnya pendapatan manufaktur sebesar 15,1% YoY.
Selain itu, katalis negatif datang dari pelemahan rupiah terhadap dolar berpengaruh bagi AUTO karena perseroan memiliki mekanisme penyesuaian harga kepada pelanggan sesuai kesepakatan (tertinggal 3-6 bulan). Pasar biasanya membutuhkan waktu penyesuaian harga baru sekitar 3-6 bulan.
Sebagai catatan tambahan, pinjaman bank jangka panjang AUTO meningkat menjadi Rp 74,5 miliar dan pinjaman bank jangka pendek juga meningkat menjadi Rp 400 miliar di kuartal I-2024. Namun rasio utang bersihnya terhadap ekuitas dipertahankan rendah pada 0,16x.
- Rekomendasi: Buy
- Target harga: Rp 2.670
Analis Bahana Sekuritas Christine Natasya dalam riset 29 April 2024
Baca Juga: Menanti Suku Bunga BI Turun Agar Industri Otomotuf dan Mobil Bekas Bisa Tumbuh
3. PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA)
Kami terus menyukai DRMA karena potensi pertumbuhan organik dan anorganiknya yang konsisten. Perusahaan ini juga terbukti gesit di tengah pesatnya perubahan industri otomotif seperti yang ditunjukkan dalam upayanya memasuki bidang manufaktur komponen kendaraan listrik. Kami juga menyukai DRMA karena margin profitabilitasnya yang unggul dan posisi neraca yang kuat.
- Rekomendasi: Buy
- Target harga: Rp 1.600
Analis Sucor Sekuritas Christofer Kojongian dalam riset 3 Mei 2024
4. PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS)
Secara teknikal, pergerakan saham IMAS saat ini masih cenderung sideways dan masih didominasi oleh volume pembelian. Dari sisi indikator, MACD sedang bergerak dari area negatif menuju positif dengan Stochastic yang masih sideways di area netral.
- Rekomendasi: Trading buy
- Support: Rp 1.325
- Resistance: Rp 1.375
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News